Tak Berkategori

Suit…Suit…He…He… Album Rock N Roll Indonesia Terbaik Sepanjang Masa

Kalau tidak ada Slank, tidak ada Dewa 19. Ahmad Dhani Prasetyo apahabar.com, BANJARMASIN – Setelah merilis…

Slank formasi ke-13. Foto-Istimewa

Kalau tidak ada Slank, tidak ada Dewa 19.

Ahmad Dhani Prasetyo

apahabar.com, BANJARMASIN –Setelah merilis album perdana “Suit…Suit…He..He… pada Desember 1990, Slank, band asal Potlot, Jakarta Selatan, langsung memengaruhi begitu banyak anak muda Indonesia di tengah gempuran musik rock Malaysia.

Slank, lewat album perdananya, membuat gairah bermusik Ahmad Dhani makin meluap-luap. Dhani yang saat itu masih berusia 18 tahun memiliki tekad kuat untuk membawa bandnya, Dewa 19 rekaman di Jakarta.

“Kenapa Slank? karena Slank banyak mengubah selera orang di tahun 90-an. Slank jua lah yang membuat Dewa 19 berani bikin demo, membuat lagu sendiri, yang tidak sama dengan musik-musik saat itu. Slank juga yang membuat Dewa 19 berani meninggalkan bangku kuliah untuk rekaman,” kata Dhani melalui Channel YouTube Video Legend.

Tak hanya Dhani, banyak musisi lain di era 90-an yang memiliki impian yang sama setelah Slank merilis album perdananya. Mereka ingin sukses seperti Bimbim, Kaka, Indra, Pay, dan Bongky. Tak heran, markas Slank di Jalan Potlot menjadi tempat nongkrong musisi era-90an.

Pada 2007, Majalah Rolling Stone Indonesia menempatkan album perdana Slank di posisi istimewa: nomor 5 dari 150 album terbaik sepanjang masa. Album yang diproduseri Boedi Soesatio itu sukses mejeng di posisi lima besar bareng album musik legendaris seperti Badai Pasti Berlalu, Guruh Gipsy, Lomba Cipta Lagu Remaja 1978, dan Dheg-Dheg Plas.

Pada Sabtu (20/03/2021) malam, Komunitas Kampung Buku Banjarmasin melalui acara bertajuk “Malam Harmoni” mendiskusikan album Suit…Suit…He…He…

Sama seperti Malam Harmoni sebelumnya, acara tadi malam dipandu oleh duo dosen gondrong FKIP ULM Banjarmasin, Sumasno Hadi dan Novyandi Saputra.

Menurut Sumasno Hadi, Suit…Suit…He…He… berdampak besar karena menawarkan sesuatu yang baru. Slank, kata dia, sukses memainkan musik rock dengan lirik yang slenge’an.

“Berbeda dari lagu-lagu rock yang serius, seperti God Bless, misalnya. Slank, seperti namanya, memuat lirik-lirik yang slenge’an. Ini sangat mewakili anak muda saat itu,” katanya.

Tak hanya lirik dalam lagunya yang slenge’an, gaya busana personel Slank yang apa adanya seakan menjadi antitesis dari band-band glamour rock (glam rock) yang juga sedang marak saat itu.

Di sela diskusi, Sumasno kemudian memutar “Memang” dan “Karang” yang menjadi trek andalan di album Suit…Suit…He…He… selain tentu saja single “Maafkan” yang sukses besar.

Sementara Novyandi Saputra yang memiliki latar belakang musik tradisional justru menyoroti instrumen musik yang menjadi pembuka di lagu Memang.

“Itu mirip seperti karinding. Instrumen harpa mulut Sunda. Itu, kan, menarik sekali. Ada instrumen tradisional di lagu rock n roll,” katanya.

Cover album perdana Slank, Suit…Suit…He…He…Foto-Istimewa

Denny Sakrie di dalam bukunya “100 Tahun Musik Indonesia” menyebut sejak awal Slank sudah menebar virusnya ke mana-mana. Musik Slank, kata Denny, bagai virus yang tak terhindarkan dan tak ada yang mampu menghalangi.

“Bahkan, Slank yang dibentuk sejak 1983 berhasil membuat rakyat baru yang dikenal sebagai Slankers,” tulis Denny Sakrie.

Dalam sejarah musik Indonesia, lanjut Denny, mungkin baru Slank, kelompok musik yang dianggap berhasil menghimpun jutaan penggemar fanatik dalam fanbase yang tertata di bawah panji Slankers. Meski band-band sebelum Slank juga memiliki banyak penggemar, tetapi belum ada kesadaran untuk menghimpun diri secara lugas seperti Slankers.

Oleh Majalah Rolling Stone Indonesia, Slank juga ditempatkan di posisi 6 sebagai artis terbesar sepanjang masa di bawah Koes Plus, Iwan Fals, Chrisye, Benyamin S, dan Ismail Marzuki.

“Bagi saya, sebelumnya musik hanya sekadar bernyanyi dan bermimpi. Tapi saat mereka muncul, musik adalah suatu pilihan yang bisa menjadi gaya hidup dan inspirasi, pola pikir generasi 90-an. Di segi musikalitas, Slank adalah band rock n roll yang bercita rasa Indonesia. Saya berani bertaruh, belum tentu musisi bule bisa membuat atau memainkan komposisi seperti mereka,” kata Eross Candra, gitaris Sheila On 7.