Kalsel

Suami Penanambaan, Ibu Terduga Pembunuh 2 Anak di Benawa HST Pernah Kuliah

apahabar.com, BARABAI – Suami Sutarti, ibu terduga pembunuh anak kandung di Benawa Hulu Sungai Tengah (HST)…

Sudah enam tahun Sutarti tercatat sebagai warga Batu Benawa, dan meninggali rumah yang ditinggalkan mendiang suaminya di Kawasan Pagat RT 8. Foto: Dok.apahabar.com

apahabar.com, BARABAI – Suami Sutarti, ibu terduga pembunuh anak kandung di Benawa Hulu Sungai Tengah (HST) dikenal sebagai penanambaan.

Sutarti juga diketahui pernah mengecap pendidik di bangku kuliah.

Kematian dua bocah di Batu Benawa, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) masih menyisakan banyak misteri.

Misteri Botol Alkohol Samping Mayat Bocah Diduga Dibunuh Ibu Kandung di Batu Benawa HST, Apa Kata Polisi?

Kondisi kejiwaan Sutarti, terduga pembunuh yang tak lain adalah ibu kandung para korban saat ini terus diobservasi.

Namun begitu Ipul, menyangsikan jika adik iparnya itu mengalami depresi sepeninggal meninggal suaminya, Ipin (57).

“Ditinggal meninggal suaminya hampir sebulan belakangan,” ujar Ipul kepada apahabar.com.

Pasalnya, sehari sebelum kejadian Ipul sempat bersua dengan Sutarti.

“Normal saja kaya biasa, tidak ada yang aneh. Sehat walafiat,” ujar Ipul.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Sutarti datang ke warungnya yang hanya berjarak selemparan batu dari rumahnya untuk membeli air minum.

Terlebih Sutarti sebelum membina rumah tangga dengan si penanambaan juga pernah mengecap bangku pendidikan diploma III.

Sutarti pernah belajar di Akademi Keperawatan (AKPER) Murakata Barabai, HST.

Namun, Sutarti tak menyelesaikan pendidikannya di pengujung semester akhir lantaran menikah dengan si penanambaan.

“Belum sempat wisuda karena kawin tadi,” aku Ipul.

Sutarti merupakan warga asal Desa Hinas Kiri Kecamatan Batang Alai Timur (BAT). Dia memutuskan menjadi mualaf sebelum menikah dengan Ipin.

Suami Penanambaan

Warga curiga mengingat biasanya kedua anak Sutarti bermain di luar rumah. Foto: apahabar.com/HN Lazuardi

Belum 40 hari Sutarti (27) terduga pembunuh dua anak kandungnya ditinggal meninggal suaminya, Ipin (52).

Selain penanambaan, sang suami juga berprofesi sebagai buruh bangunan. Ia meninggal karena suatu penyakit.

“Almarhum meninggal karena penyakit jantung dan komplikasi,” cerita Ipul.

Sepeninggal suami, Sutarti hidup sendiri. Ia menjadi tulang punggung keluarga.

Mendiang Ipin meninggalkan sebuah rumah beton bertingkat di Pagat RT 8. Di situlah Sutarti tinggal bersama 3 anaknya.

“Rumah itu belum rampung 100 persen,” jelasnya.

Anak Sutarti, yakni MNK (6) dan SNH (4). Serta satu anak tiri yang berumur 10 tahun dan masih duduk di bangku SD kelas III.

Anak tiri itulah yang disebut-sebut menyaksikan langsung dua saudaranya dihabisi sang ibu dengan cara diduga dibungkus menggunakan kain.

Kondisi pasca-ditinggal sang suami itu, warga menilai Sutarti normal saja.

Misteri Botol Alkohol Samping Mayat Bocah Diduga Dibunuh Ibu Kandung di Batu Benawa HST, Apa Kata Polisi?

Tidak ada gelagat yang mencurigakan ataupun terlihat stres. Apalagi depresi berat.

“Tidak ada hal-hal atau tanda-tanda aneh pada Sutarti,” terang Ipul.

Informasi dihimpun apahabar.com, Sutarti sudah 8 tahun membina keluarga bersama mendiang Ipin.

Sementara Sutarti sendiri merupakan istri si penanambaan yang ke sekian kalinya.

Sutarti tercatat menjadi warga Batu Benawa selama enam tahun belakangan.

Berdasarkan KTP, keluarga ini berdomisili di Aluan Mati.

Sebelum membangun rumah sendiri di Pagat RT 8 tadi, dia dan si penanambaan menyewa rumah selama 3 tahun di Aluan Mati.

“Suaminya memang asli sini (Aluan Mati). Kemudian membangun rumah di Pagat RT 8 itu,” kata salah satu warga yang enggan namanya dimediakan.

Lantaran penanambaan, suami Sutarti cukup terkenal di desanya itu.

Penanambaan dikenal sebagai orang yang bisa mengobati penyakit.

“Dulu banyak biasanya yang datang ke tempat beliau untuk berobat. Banyak yang sembuh, itu mungkin yang membuatnya dikenal banyak orang,” tutup warga tadi.

Dikenal Ramah

Petugas harus mengikat kaki dan tangan Sutarti sebelum diamankan ke Kandangan. Foto: Ist

Sutarti, ibu dua anak terduga pembunuh anak kandungnya sendiri dikenal warga sebagai pribadi yang baik.

Sutarti dikenal ramah. Hanya saja wanita 27 tahun itu jarang bersosialisasi.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

“Dengan tetangga ramah selalu tegur sapa,” kata salah satu warga di sana, Wati saat dijumpai apahabar.com di Desa Pagat RT 8 Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah (HST), baru tadi.

Belakangan, warga dikejutkan dengan kematian yang tak wajar terhadap anak laki-laki, MNK (6) dan perempuannya, SNH (4) itu, Rabu (25/11).

Kedua bocah itu ditemukan terlentang tanpa busana dengan kondisi sudah tak bernyawa di dalam kamar rumahnya sendiri. Temuan ini baru dilaporkan sekitar pukul 15.30.

Entah kapan dua bocah itu dihabisi sendiri oleh Sutarti. Sampai saat ini polisi masih turun tangan menyelidiki.

Warga menduga ibu dua anak ini depresi karena terlilit masalah pasca-meninggalnya sang suami, Ipin (52) yang belum genap 40 hari.

Sutarti sendiri ditemukan warga dan polisi yang mendobrak rumahnya dalam keadaan telanjang. Saat warga ingin menanyakan keberadaan sang anak, Sutarti mengoceh tak karuan.

Kecurigaan warga bukan tanpa sebab. Saat itu sang anak yang biasanya bermain di luar rumah tidak menunjukkan batang hidungnya.

Apalagi ketika ada warga yang melintas, terdengar bunyi gaduh di dalam rumah pada hari kejadian sekitar pukul 14.00.

Alhasil warga sekitar pun berdatangan melihat kondisi, apa yang sebenarnya terjadi.

“Setiap kali warga bertanya, ke mana anak? Jawabnya selalu “Sudah kubunuh”,” kata Wati menirukan jawaban Sutarti.

Salah satu warga akhirnya melihat celah melalui sebuah jendela. Dari sanalah tampak dua anak kandungnya terkapar tanpa busana.

Jasad bocah diduga korban pembunuhan ibunya sendiri ditemukan dalam kondisi tak berbusana. Foto: Istimewa

Sutarti saat akan diamankan polisi, masih mengoceh tak jelas. Dia terus berteriak-teriak.

Polisi sampai kewalahan untuk mengamankan Sutarti. Kala itu rumahnya terkunci rapat. Warga dan anggota kepolisian terpaksa harus merusak pintu rumahnya.

Apalagi saat ditemui, Sutarti dalam keadaan telanjang. Namun setelah beberapa warga menyuruhnya berpakaian, Sutarti akhirnya mengenakan sarung.

Sebelum polisi berhasil mengikat kedua tangan dan kakinya hingga bisa diamankan, Sutarti sempat berteriak mengusir warga yang memenuhi pekarangan rumahnya.

Warga tak menduga akan terjadi peristiwa seperti itu. Pasalnya, sehari sebelum kejadian atau pada Selasa (24/11), keluarga kecil ini masih tampak biasa-biasa saja.

“Sutarti terlihat masih jalan-jalan dengan anak-anaknya,” ungkap Wati.

Pernyataan ini diperkuat oleh adik ipar Sutarti atau adik mendiang suaminya yakni, Ipul.

Rumah adik ipar ini tak jauh dari kediaman Sutarti. Antara rumah Sutarti dengan adik iparnya ini berbeda desa.

Sutarti di Pagat, sementara Ipul di Aluan Mati RT 5.

“Hari sebelum kejadian itu, dia beli air galon ke tempat saya dengan anak-anaknya,” ujar Ipul.

Dia tak merasa ada hal aneh terhadap Sutarti kala itu.

“Baik-baik saja tampak seperti orang biasa, tidak ada apa-apa. Normal saja,” terang Ipul.

Pasca-kejadian itu sang ibu dibawa ke RS Kandangan untuk diperiksa kejiwaannya. Rencananya, selama 10 hari Sutarti akan diobservasi di Poli Kejiwaan.

“Ini untuk membuktikan kondisinya. Saat ini kita masih melakukan penyelidikan dan memeriksa para saksi. Yang bersangkutan (Sutarti) statusnya masih saksi,” kata Kasat Reskrim Polres HST, AKP Dany Sulistiono.

Biang Kematian Masih Misteri

Pemeriksaan TKP dipimpin langsung Kapolres HST AKBP Danang Widaryanto. apahabar/Hawari Lazuardi

Meski sudah memeriksa dua saksi, polisi belum membuka hasil penyelidikan atas kematian dua anak kandung Sutarti.

Terbaru, apahabar.com berhasil menemukan saksi kunci atas kejadian pada Rabu (25/11) itu.

Dia merupakan anak tiri Sutarti yang masih berumur 10 tahun dan masih duduk di bangku SD kelas 3. Dia memang tinggal serumah dengan Sutarti dan dua anak kandungnya di Pagat.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

Melalui pamannya atau adik mendiang Sutarti, Ipul bercerita ihwal kesaksian anak tiri itu kepada penyidik Polres HST. Dia satu-satunya orang yang ada di rumah itu pada hari kejadian.

Sekitar pukul 08.00 – 09.00 hari itu, si anak tiri datang tak memakai baju ke rumah Ipul.

Ipul tak tahu apa yang terjadi dengan anak tiri Sutarti sampai tak memakai baju ke luar rumah.

"Dia waktu itu tak cerita apa-apa, ada hal apa di rumah Sutarti sehingga keluar rumah tidak memakai baju. Saya tanya ada siapa di rumah Sutarti. Tapi dijawabnya mama (Sutarti) tidak ada di rumah," cerita Ipul.

Oleh Ipul, bocah itu kemudian diantar ke kediamannya keluarga ibunya di Desa Waki Kecamatan Hantakan.

Ipul sendiri baru mengetahui kronologi kematian dua kemenakannya saat polisi meminta keterangan dari anak tiri Sutarti, Kamis (27/11) siang.

Anak ini, kata Ipul, menceritakan panjang lebar ihwal kejadian yang dilihatnya ketika berada di rumah Sutarti.

Runtutan kronologinya, Ipul menjelaskan pembunuhan berawal dari anak yang laki-laki kemudian anak yang perempuan.

"Dari yang saya dengar, mulanya anak kandungnya yang laki-laki, tubuhnya dibalut menggunakan kain. Kemudian dari leher hingga kepala juga diikat kain, seperti mayat," ujar Ipul.

Kemudian, anak yang perempuan masih berumur 4 tahun. Dari pengakuannya, mulut dan hidung bocah ini ditutup menggunakan tangan.

"Melihat hal itu, anak tirinya jadi lari ke tempat saya tanpa menggunakan baju tadi. Mungkin karena saking takutnya,” tutup Ipul.

Meski sudah memeriksa sejumlah saksi polisi belum memberikan keterangan resmi mengenai simpulan terhadap kasus ini. Baik dugaan, motif begitu juga dengan tersangka kasus ini.

Yang pasti, kematian kedua anak tadi diakibatkan kehabisan oksigen.

“Belum bisa dipastikan kehabisan oksigen itu seperti apa. Apakah dicekik, ditutup bantal atau yang lainnya, kita belum berani menyimpulkan. Kita tunggu hasil visumnya 2-3,” kata AKP Dany.

Begitu pula dengan dugaan terhadap Sutarti yang mengalami depresi sehingga gelap mata membunuh kedua anaknya sendiri.

“Kami juga masih mendalami hal ini. Untuk menentukan kondisinya perlu dilakukan observasi kejiwaan selama 10 hari. Jadi ketahuan bagaimana sebenarnya kondisi jiwa yang bersangkutan,” tutup AKP Dany.

Sampai hari ini, apahabar.com masih belum bisa mengakses informasi terkait kondisi terbaru Sutarti di RS Kandangan. Tak satu pun petugas RS di sana mau buka suara.

Jasad dua anak kandung Sutarti ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dalam kediamannya. Tidak ditemukan luka. Namun bibirnya membiru dengan bercak hitam di sekitar leher. Foto: Istimewa