Suami Jadi Korban Tambang Jebol, Istri Minta PT BPA Biaya Pendidikan Anaknya

Siti Khotijah (50), tidak bisa menyembunyikan kesedihannya pasca-suaminya bernama Puranam (47) meninggal dunia karena kecelakaan kerja.

Lokasi tambang batubara PT BPA di Desa Saradang,Haruai,Tabalong. Foto - apahabar.com/Muhammad Al-Amin

apahabar.com,TANJUNG - Siti Khotijah (50), tidak bisa menyembunyikan kesedihannya pasca-suaminya bernama Puranam (47) meninggal dunia karena kecelakaan kerja.

Sepeninggal suaminya, ia pun harus mencari nafkah buat tiga orang anaknya. Anak ketiga masih sekolah kelas empat SD. Kedua kelas tiga di pondok pesantren (setara SMP), kemudian yang paling tua masih menempuh pendidikan di bangku kuliah semester empat di Jawa.

Warga Kelurahan Pembataan, Murung Pudak, Tabalong ini bingung untuk membiayai anak-anaknya itu.

Diketahui, suaminya meninggal dunia karena kecelakaan kerja di lokasi perusahaan PT Bara Pramulya Abadi (BPA) tempat ia bekerja.

Korban tewas tertimbun lumpur dan air karena terjebak dalam kabin eksavator yang dioperasikannya, Jumat (9/6) lalu.

Kejadian tersebut karena jebolnya tanggul pemisah antara kolam penampungan air tambang dengan area kerja  PT Bara Pramulya Abadi (BPA) di Desa Saradang, Haruai, Tabalong.

Atas kejadian tersebut, Siti Khotijah, meminta kebijaksanaan perusahaan tempat suaminya bekerja agar membantu biaya pendidikan anak-anaknya serta kebutuhan sehari-hari.

"Saya tidak melihat berapa lamanya bapak bekerja, saya melihat bapaknya keluar rumah untuk bekerja mencari nafkah buat istri dan anak-anaknya," katanya ditemui di rumahnya, Sabtu (17/6).

"Saya minta kebijakan perusahaan, tidak usah melihat saya, tetapi lihatlah anak-anak yang masih dalam pendidikan. Mereka perlu biaya pendidikan dan uang untuk hidup sehari-hari di ponpes dan di kampus di Jawa itu," sambungnya.

Sementara itu, Khotijah, mengetahui suaminya meninggal dalam laka kerja itu dari pengawas lapangan, Eldi.

"Saat itu bapak di dalam kabin (alat berat) sedang menolong temannya, pertama katanya lolos yang kedua selamat juga, cuman bapaknya itu masih di dalam kabin keburu sudah tenggelam kabinnya sudah tidak terlihat," bebernya.

Lanjut Khotijah, bapak itu mendorong dump truk pertama selamat, saat menolong yang kedua, bapaknya masih posisi menolong dengan mendorong dump truk itu.

"Yang menyelamatkan bapak dari kabin Pa Eldi, cara mengeluarkan bapak, itu dipecahkan kaca kabin menggunakan alat, cuma nyawa beliau tidak tertolong meski telah dibawa ke rumah sakit," jelasnya.

Menurut Khotijah, manajemen BPA telah membantu biaya pemakaman, uang duka dan uang pesangon yang jumlahnya mencapai belasan juta rupiah.

"Bantuan pemakaman diserahkan hari saat kejadian,  uang pesangon dan dukanya waktu kami mengajukan BPJS ke pihak HRD Kamis depannya," sebutnya.

Terkait hal itu, perwakilan PT BPA, Jhon, mengatakan, untuk biaya pemakaman telah kami serahkan hari itu juga. Tetapi untuk santunan dari perusahaan sebenarnya juga ingin mereka serahkan, namun keluarga ingin bertemu HRD dulu.

"Sementara untuk JKN sudah kami koordinasikan ke Disnaker, saat ini masih proses," ucapnya.

Terkait permintaan kebijaksanaan dari perusahaan, Jhon mengatakan, pihaknya siap saja memperkerjakan anak korban jika lulus kuliah nanti. 

"Nanti kita carikan lah pekerjaan yang cocok dengan anak korban," janjinya.

Kata Jhon, BPA juga mendengar ada nanti surat permintaan dari keluarga korban kepada perusahaan, namun saat ini belum pihaknya terima.

"Terkait musibah tersebut, manajeman perusahaan sangat berduka atas peristiwa itu, yang harus merenggut nyawa korban," ucapnya.

Terkait musibah tersebut, hingga saat ini operasional tambang maupun stok file dihentikan sementara sambil menunggu hasil investigasi seluruhnya dari Inspektur Tambang dari Kementerian ESDM dan juga kepolisian.

"Inspektur tambang sudah melakukan penyelidikan, hasilnya ini murni kecelakaan tambang atau tanpa adanya unsur kesengajaan," ungkap Jhon.

Menurut Jhon, tanggul yang jebol ini adalah original atau asli bukan urukan.Tipe batuannya super keras, studi kelayakan material paling kuat.

"Kejadiannya sendiri  berlangsung cepat sekitar 3 menit. Sesuai keterangan pengawas kami di lapangan," tutupnya.