Kalsel

Ssttt.. Polres HST Perluas Pencarian Pembunuh Brutal Desa Gambah

apahabar.com, BARABAI – Polisi diam-diam kembali memperluas areal perburuan Herlan sosok terduga pembunuh Didi Rahman (45)….

Polres HST memperluas medan pencarian Herlan buron pembunuhan di Gambah. Foto: Ist

apahabar.com, BARABAI – Polisi diam-diam kembali memperluas areal perburuan Herlan sosok terduga pembunuh Didi Rahman (45).

Jika sebelumnya Kalteng, teranyar beredar kabar jika Polres HST juga telah merambah Kaltim untuk menemukan keberadaan Herlan.

Karenanya, Polres HST telah berkoordinasi dengan Polda Kaltim. Koordinasi apalagi kalau bukan guna mempersempit ruang gerak pelarian Herlan yang dikenal sebagai residivis kasus pembunuhan.

Dikonfirmasi, Kapolres HST AKBP Sigit Hariyadi melalui Ps. Kasubsi PIDM Sihumas, Aipda M Husaini membenarkan informasi tersebut.

“Ya, dua-duanya [Polda Kaltim dan Polda Kalteng] sudah kita koordinasikan. Pokoknya selalu kita cari,” ujarnya, Minggu (12/12) sore.

Lantas, apa kendala utama pencarian? Husaini bilang tak ada kendala yang signifikan di lapangan.

“Pelaku sampai saat ini masih lari. Mohon doanya semoga segera ketemu,” ujarnya.

Sekali lagi, Husaini memastikan pihaknya terus melakukan perburuan terhadap Herlan.

"Siang-malam kami keluar-masuk hutan untuk melakukan penyisiran," pungkasnya.

Kasat Reskrim sebelumnya, AKP Purnyoto secara tersirat menampik jika Herlan telah kabur ke luar Barabai apalagi hingga Palangka Raya.

"Pelaku masih di dalam hutan," ujar Purnyoto dihubungi via seluler, Agustus tadi.

Fakta-Fakta Buronnya Pembunuh Brutal di Gambah HST, Residivis yang Ahli Survival

Purnyoto, kala itu, bilang luasnya medan pelarian jadi kendala utama.

"Pelaku sembunyi dan tinggal di dalam hutan yang sulit dijangkau," pungkas AKP Purnyoto yang kini sudah digantikan oleh AKP Anton Silalahi.

Sempat tersiar kabar jika Herlan kabur hingga Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Kabar berembus dari cuitan salah seorang warga yang merespons berita pencarian Herlan, baru-baru tadi.

Baca selengkapnya di halaman selanjutnya:

"Informasinya sudah melarikan diri ke Palangka Raya," ujar warga tersebut kepada media ini.

Saat didalami, ia tak menjelaskan rinci informasi tersebut. Namun, melihat luasnya wilayah HST, segala kemungkinan bisa terjadi.

Dari Barabai, akses menuju Palangka Raya adalah melalui Jalan Trans Kalimantan. Selain Banjarmasin, bisa juga melalui Kabupaten Hulu Sungai Selatan menyisir Barito Utara. Waktu tempuhnya bisa mencapai tujuh jam atau sekira 314 kilometer jauhnya.

Jerit Keluarga Korban Pembunuhan Brutal di Gambah HST

28 Desember mendatang, tepat 5 bulan Herlan buron. Hari ke-28 pencarian, Herlan dilaporkan warga sempat terlihat keluar dari hutan persembunyiannya.

Namun saat ditelusuri, saat itu warga irit bicara. Kali terakhir terlihat, Herlan masih menenteng senjata tajam.

Lokasi Herlan dikabarkan sempat terlihat berada di Desa Aluan, berjarak sekitar 10 menit dari Desa Gambah. Antara Gambah dengan Aluan hanya dihelat kebun, semak belukar atau persawahan.

Desa Aluan cukup memungkinkan bagi Herlan ke mana pun bersembunyi. Misalnya ke Kecamatan Batang Alai Selatan maupun ke Hantakan. Daerah ini masih dikelilingi hutan, kebun dan sawah. Sebagiannya juga sepi penduduk.

Yayar Safari, kakak kandung Didi meyakini Herlan sudah berada di Gambah.

"Dia banyak keluarga di sini, di sekeliling rumahnya, bahkan sampai kawasan gunung," ujarnya.

Komandan Macan Kalsel ke Pembunuh Brutal Gambah HST: Serahkan Diri! Keselamatan Dijamin

Kronologis pembunuhan di halaman selanjutnya:

Sebagai pengingat, Herlan menghabisi Didi, diduga hanya karena persoalan sepele, Rabu 28 Juli. Ketika itu istri Herlan dalam keadaan mengaduh datang ke rumah Didi.

"Herlan mengamuk," ujar Istri Herlan kepada Didi yang saat itu sedang asyik mencabut uban di pintu rumahnya.
Rumah keduanya hanya terpisah oleh jalan saja. Hanya, rumah Didi agak menjorok ke dalam

Tak lama berselang, datang Herlan dengan parang terhunus. Dari gelagatnya, ia tampak dalam pengaruh minuman keras.

"Sudah jangan ribut-ribut, malu dilihat tetangga," ujar Didi seraya menenangkan Herlan.

Tak disangka, Herlan malah menebaskan parangnya ke tengkuk belakang leher, pinggang, hingga bahu Didi.

Usai menghabisi Didi, Herlan kembali pulang. Berselang kemudian, jejaknya hilang di hutan belakang rumahnya.

Sementara, Didi tergeletak bersimbah darah. Teriakan istrinya menggegerkan warga yang sedang menggelar hajatan pernikahan tak jauh dari rumahnya.

Seorang warga, Uthuk yang berada di hajatan pernikahan sempat berpapasan dengan Herlan. Kala itu Herlan berkata, "Ayo dan lihat, Didi sudah kubunuh."

Didi sejatinya sempat dilarikan warga ke puskesmas terdekat. Nahas, nyawanya tidak tertolong lantaran kehabisan darah.

Didi meninggalkan seorang istri dan anak yang masih berusia 9 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi orang tuanya.

"Ibu dan bapak saya sudah tua. Sakit-sakitan memikirkan pembunuh adik saya belum juga tertangkap," jelas Yayar.

Didi selama ini dikenal sebagai pribadi yang baik. Meski hidup serba kekurangan, ia kerap membantu tetangganya.

"Adik saya setelah mengalami kecelakaan, tidak bisa bekerja berat lagi," ujarnya.

Didi juga dikenal tidak pernah berbuat masalah. Lain halnya Herlan yang dikenal suka menantang berkelahi warga jika mabuk.

Perangai buruk tersebut diperkuat dengan status Herlan yang merupakan seorang residivis.

2011 silam, Herlan membunuh seorang warga bernama Mansyah saat bekerja sebagai pendulang emas di Hampang, Kotabaru.

Saat itu, Herlan dituduh korban dan keempat rekannya mencuri sebuah dompet di warung kopi.

Herlan yang dikeroyok keempatnya berhasil selamat. Saat diamankan di kediamannya, polisi menemukan Herlan dalam keadaan bersimbah darah dengan 17 mata luka di sekujur tubuhnya.

Kaget bukan kepalang, saat pagi hari polisi menemukan sesosok jasad di belakang rumah yang ditinggali Herlan. Jasad itu adalah Mansyah, salah satu pengeroyok Herlan.

Selesai menjalani hukuman penjara di Lapas Kotabaru, dua tahun kemudian Herlan kembali muncul di Desa Gambah.

Ia mempersunting seorang perempuan asal Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Herlan bekerja serabutan. Kadang menjadi tukang bangunan, kadang menjadi pemetik buah kelapa.

Belakangan, Yayar teringat jika pembunuh adiknya itu memiliki ciri khusus yang didapatnya setelah perkelahian di Hampang, Kotabaru.

"Tangan kirinya itu tidak tapi kuat memegang sesuatu. Tangannya seperti orang cacat," ujar Yayar.

Karenanya, saat mengangkat padi di karung, Herlan kerap mendekapnya menggunakan siku. Herlan juga memiliki tato di bahu dan dadanya.

"Tato naga, juga ada bekas jahitan di telinganya," ujar Yayar.

‘Saktinya’ Si Pembunuh Brutal di Desa Gambah HST, Tak Mempan Dikeroyok di Kotabaru