Kalsel

Sosiologi FISIP ULM Siap Terapkan Kebijakan Merdeka Belajar

apahabar.com, BANJARMASIN – Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM)…

Para staf dan dosen Fisip ULM Banjarmasin. Foto-Istimewa.

apahabar.com, BANJARMASIN – Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin siap menerapkan kebijakan Merdeka Belajar.

“Seluruh dosen, mahasiswa dan pihak Prodi Sosiologi FISIP ULM siap menerapkan program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM), seperti yang dicanangkan Mendikbud RI, Nadiem Makarim,” ucap Dosen Senior Prodi Sosiologi FISIP ULM, Setia Budhi melalui siaran pers yang diterima apahabar.com, Selasa (21/7) sore.

Menurutnya, kebijakan ini selaras dengan misi perguruan tinggi untuk mengembangkan program secara optimal, efektif, efisien, dan bermutu.

“Sehingga sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi,” kata Setia Budhi.

Para mahasiswa yang saat ini belajar di perguruan tinggi, kata dia, harus disiapkan menjadi pembelajar sejati yang terampil, skill yang kuat dan ulet.

“Kreativitas dan inovasi menjadi kata kunci penting untuk memastikan pembangunan yang berkelanjutan,” sebutnya.

Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka yang diluncurkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan merupakan kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman, dan siap menjadi pemimpin dengan semangat kebangsaan yang tinggi.

“Permendikbud No 3 Tahun 2020 memberikan hak kepada mahasiswa untuk 3 semester belajar di luar program studinya,” katanya.

Melalui program ini, sambung dia, terbuka kesempatan luas bagi mahasiswa untuk memperkaya dan meningkatkan wawasan serta kompetensinya di dunia nyata sesuai dengan passion dan cita-citanya.

“Kami selama ini sudah mendampingi mahasiswa Sosiologi terutama kegiatan yang terkait pemberdyaan masyarakat,” cetusnya.

Tujuan kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman.

“Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Ketua Program Studi Sosiologi ini, kurikulum MBKM sangat dinantikan karena banyak problem pembangunan di Kalimantan Selatan ini yang memerlukan sentuhan kreatif dan inovasi mahasiswa.

Setia Budhi mencontohkan, masalah angka kemiskinan dan kasus stunting di Kalsel yang masih tinggi, terutama di pedesaan dan pedalaman.

“Nantinya mahasiswa Sosiologi mengambil peran dalam kegiatan sosial mapping dan pendampingan,”

“Saya yakin MBKM ini menjawab tantangan mahasiswa ke depan agar lulusannya memberikan konstruksi bagi masyarakat dan pembangunan daerah,” pungkasnya.

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin