SMPN 6 HST Didiskualifikasi, Sutradara Tagih Tanggung Jawab

Sutradara SMPN 6 HST, Ammar Bayuaji saat dihubungi apahabar.com melalui sambungan telepon mengatakan tidak masalah terhadap keputusan tersebut.

Sutradara SMPN 6 HST, Ammar Bayuaji. Foto-istimewa.

apahabar.com, BARABAI - Diskualifikasi yang dialami SMPN 6 dalam Festival Teater Modern (Festemo) tingkat SMP di Hulu Sungai Tengah (HST), masih berbuntut panjang.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, SMPN 6 sebenarnya telah dinobatkan menjadi juara berdasarkan keputusan dewan juri Nomor: 002/FTM/Tahun 2023, Sabtu (4/11) malam.

Namun penetapan tersebut dianulir. Mereka dinyatakan didiskualifikasi dan  gelar juara diserahkan kepada SMPN 1 HST.

Dinas Pendidikan (Disdik) HST selaku penyelenggara, menyebut penganuliran tersebut merupakan kewenangan dewan juri. Kemudian penampilan SMPN 6 juga diklaim diprotes peserta lain, karena tak sesuai petunjuk teknis (juknis).

Sutradara SMPN 6 HST, Ammar Bayuaji saat dihubungi apahabar.com melalui sambungan telepon mengatakan tidak masalah terhadap keputusan tersebut.

"Untuk keputusan terbaru itu, saya dan teman-teman sudah merasa tidak masalah. Mungkin memang kesalahan kami atau persoalan lain yang tidak diketahui," tuturnya, Senin (6/11).

Ia mengatakan bukan itu masalahnya, tapi yang dilihat itu adalah moral dan mental anak-anak. Siapa yang akan bertanggung jawab?

"Kabarnya kami didiskualifikasi, karena tidak sesuai juknis. Namun juknis yang mana? Kami tidak ada menerima juknis. Juknis itu harus ada H-2 minggu sebelum acara dan juknis tidak bisa diubah," jelasnya.

Ia mengatakan bahwa saat technical meeting beberapa poin itu dirinya hanya dikirimi rekaman saja karena yang hadir itu dari pimpinan produksi (pimpro).

"Saya ada rekaman perihal boleh membuat cerpen baru diluar cerpen yang disediakan panitia. Kemudian terkait naskah adaptasi yang kami buat itu menurut saya sudah layak," tegas Ammar.

Ia menjelaskan terkait kondisi anak-anak ketika terakhir ditemui tadi malam, mereka masih merasa sedih.

"Mereka nangis, tapi kami yang membawa mereka berusaha memotivasi bahwa jangan sedih. Karena kalau berkesenian ya begini, kadang bagus ya dibeginikan. Kami kasian mental mereka," tuturnya.

Terkait diskualifikasi SMPN 6, Ammar juga tidak langsung diberitahu, "Mereka tiba-tiba membuat rapat tertutup dan yang hadir adalah pimpro kami. Kalau masalah juknis  dan teknik penggarapan, panggil saya saja sebagai sutradara," jelasnya.

Terkait kalimat 'bebas beradaptasi' itu, lanjut Ammar, tidak tertera di juknis tapi kalimat seorang juri. Bahwa boleh membuat naskah baru.

"Mereka bilang itu juknis, padahal segala sesuatu yang di luar hitam putih itu bukan juknis. Juknis itu kesepakatan. Seharusnya seni itu menghasilkan kebajikan, bukan sebaliknya," tutupnya.