Kalsel

Smart Presensi Batola Diserang Hacker

apahabar.com, MARABAHAN – Meski belum resmi digunakan, aplikasi Smart Presensi yang dikembangkan Dinas Komunikasi dan Informatika…

Sebelum efektif digunakan 1 Oktober 2019, Smart Presensi sudah diujicoba dalam sebulan terakhir di Barito Kuala. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Meski belum resmi digunakan, aplikasi Smart Presensi yang dikembangkan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Barito Kuala mulai diserbu sejumlah peretas.

Smart Presensi merupakan aplikasi Android berbasis Global Positioning System (GPS) yang ditanamkan ke telepon genggam semua ASN di Batola.

Penggunaan aplikasi absensi datang dan pulang kantor ini efektif mulai 1 Oktober 2019 untuk menunjang program Tunjangan Tambahan Pegawai (TPP).

Semenjak resmi di ujicoba mulai 1 Agustus 2019, banyak kendala yang dialami ASN ketika mengakses Smart Presensi.

Mulai dari kesalahan koordinat kantor, loading yang terlalu lama, hingga bahkan gagal masuk aplikasi. Pun pemancar aplikasi ini sempat mengalami kerusakan akibat lonjakan arus listrik.

Lantas sekitar dua pekan pasca ujicoba resmi, Diskominfo meningkatkan kualitas aplikasi dengan versi 1.3. Sempat sepekan berjalan normal, versi baru tersebut kembali bermasalah.

Akibat bug dari versi baru, ponsel ASN banyak terblokir, sekalipun tidak pernah melakukan root maupun mengunduh fake GPS yang dilarang digunakan pengguna Smart Presensi.

Kemudian sebagai solusi, Diskominfo mengeluarkan versi 1.5. Akhirnya semua normal kembali, terutama ponsel yang benar-benar tidak pernah melakukan root maupun mengunduh fake GPS.

“Namun ponsel yang telah mendapatkan root atau mengunduh fake GPS, otomatis tetap saja terblokir,” tegas Kepala Bidang Teknologi Komunikasi dan Informatika Diskominfo Batola, Irfan Rahmadi, Sabtu (24/8).

“Banyak penyebab yang menyebabkan bug. Mulai dari error aplikasi, jaringan, sistem handphone dan peretas. Khusus situasi terakhir, kami cukup banyak mendapatkan serangan,” imbuhnya.

Tercatat sudah sekitar 148 upaya yang dilakukan orang-orang tidak bertanggungjawab, baik melalui jaringan maupun aplikasi.

“Untungnya programmer kami berhasil mendeteksi serangan tersebut, sekaligus mengetahui identitas perangkat mereka,” beber Irfan.

“Terlepas dari apapun motif peretas, terpenting kami sudah melakukan antisipasi. Selain pembaruan apk, programmer kami stand bye memantau database,” imbuhnya.

Hingga sebulan menjelang penggunaan efektif, sudah 60 persen ASN Batola yang mengaktifkan Smart Presensi. 40 persen tersisa adalah petugas Puskesmas dan guru.

“Sebagian Puskesmas dan sekolah sudah mengirim data dan titik koordinat untuk mapping. Penentuan titik koordinat dalam dilakukan dengan GPS maupun Google Maps,” jelas Irfan.

“Kalau kemudian terdapat data yang belum tepat, mereka dipersilakan datang ke Diskominfo. Kalau kami melakukan mapping ke lapangan, tentu tidak cukup waktu,” sambungnya.

Demi memperlancar sistem, ASN Batola juga disarankan minimal menggunakan android versi kelima atau Lollipop. Ponsel pun tidak perlu menggunakan RAM besar, karena yang terpenting adalah kemampuan prosesor.

Untuk mempermudah akses, setidaknya ponsel sudah menggunakan dual core. Faktanya ponsel-ponsel yang dirilis setelah 2017, hampir semuanya menggunakan octa core.

“Kedepan kalau semua sistem sudah berjalan normal, kami juga mengembangkan sistem operasi iOS. Memang sedikit sulit, tetapi daerah lain sudah bisa menembus sistem operasi ini,” tandas Irfan.

Baca Juga: Hacker SMP dari Tangerang Sukses Bobol Situs NASA

Baca Juga: Baru Diluncurkan, Aplikasi Ojek Online 'Bonceng' Diserang Hacker

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif