Kalsel

Siti Zahrah Mengais Rezeki Ditengah Keterbatasan, Menolak Minta-minta

apahabar.com, BANJARBARU – Ketimbang minta-minta, seorang tuna netra lebih memilih menjual suaranya di Banjarbaru. Ia adalah…

Siti Zahra penyandang disablitas menjual suara di bawah terik matahari demi mengais rezeki. Foto-apahabar.com/Fida.

apahabar.com, BANJARBARU – Ketimbang minta-minta, seorang tuna netra lebih memilih menjual suaranya di Banjarbaru. Ia adalah Siti Zahrah (45) yang biasa mangkal di Jl A Yani Km 22,8, tepatnya di depan SPBU Banjarbaru.

Sudah tiga tahun ini, Zahrah menjual suaranya menghibur mereka yang lewat. Mulai dari pukul 07.00 Wita hingga 11.00 Wita. Berbekal satu speaker aktif lengkap dengan microfon, ia lantas menyanyikan tembang dengan baik dan enak didengar.

“Ya kadang-kadang di Loktabat, kadang di sini dan di rumah makan atau warung, kadang di taman, kesananya naik angkot langganan antar jemput, saya kasih tiga puluh ribu sudah di anterin sampai ke tujuan” ujarnya kepada apahabar.com, Sabtu (30/06/2019).

Karena ketidakmampuan Zahra untuk melihat, ia mengandalkan orang-orang kepercayaannya tiba ke lokasi. Seperti supir angkot langganannya yang bersedia mengantar jemput. Sampai depan rumah ada juga tukang ojek langganan. Di mana angkot dan ojek yang, ia tumpangi sudah mengenalnya sehingga ia tidak takut dibohongi.

"Saya tuna netra mulai dari umur 2 tahun dan sempat mengikuti pendidikan sekolah sampai SMP. Setelah itu saya ambil kursus pijat lalu saya membuka jasa pijat di rumah yaitu di Jalan Kuranji,” lanjut Zahra.

Namun jasa pijat yang ia buka di rumah tidak selalu ramai. Sampai suatu hari terjadi kecelakaan yang menimpa suaminya. Sehingga, ia pun harus bekerja sementara dan tak lagi berdiam diri di rumah, menunggu pelanggan pijat datang. Melainkan bekerja sebagai pengamen.

“Karena jarang juga yang pijat, jadi ya terpaksa harus ngamen seperti ini. Dulunya kan pijat saja. Namun saat suami saya mengalami kecelakaan, dia tidak bisa lagi kerja. Makanya saya yang harus turun ke lapangan,” ceritanya.

Perlu diketahui bahwa suami Zahra juga seorang tunanetra yang pekerjaan sehari-harinya adalah pengamen dan menerima panggilan pijat.

“Kecelakaannya kan sudah lumayan lama. Sekarang alhamdulillah, dia sudah sembuh. Namun saya masih ingin membantunya dan kerjanya sama seperti saya” jelas Zahra.

Meski Zahra dan suaminya seorang tunanetra, namun mereka aktif mengikuti organisasi atau sebuah Yayasan yang bernama Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Nusantara yang di ketuai Dody suryanto, seorang tuna netra juga.

“Di sana kami dibina untuk keahlian macam-macam. Salah satunya menggunakan suara seperti mengamen ini. Untuk yang musik ini, kami yang mulai, serta kami diajarkan untuk tidak meminta-minta,” tambah Zahra.

Zahra juga mengatakan yayasan tersebut mengadakan pengajian setengah bulan sekali di Jalan Gotong Royong Banjarbaru. Kini Yayasan itu sudah di sahkan ketua RT, RW serta Kecamatan setempat.

"Alasan saya memilih mengamen menurut saya ada kerjanya, yaitu menjual suara. Daripada harus mengemis hanya minta-minta gitu saja, sedangkan untuk tunjangan atau bantuan untuk yayasan kami tidak ada. Hanya kami saja yang inisiatif membuat kotak amal ditaruh ke warung-warung dan toko untuk yayasan," tuturnya.

Ia mengungkapkan, dengan menjual suara atau mengamen bisa menghasilkan Rp100 ribu. Tapi itu harus dipotong biaya ongkos angkot dan sebagainya. Jika harinya hujan atau SPBU tutup, maka tidak ada pemasukkan.

"Saya punya anak 1 perempuan alhamdulillah normal tidak seperti kami. Sekarang dia masih sekolah Tsanawiyah di Guntung Manggis. Dia yang membantu dalam hal membeli peralatan dan lainnya, karena bisa melihat dan membedakan uang,” lanjut Zahra.

Zahra berharap kedepannya orang-orang disabilitas seperti dirinya diperhatikan. Tak lupa untuk teman-teman sesama tunanetra, ia berpesan agar salalu berusaha jangan menyerah dan meminta minta.

Baca Juga: HUT Bhayangkara Ke 73, Polda Kalsel Panen Ucapan Selamat

Baca Juga: Warga Berharap Pemerintah Bantu Kembangkan Danau Seran

Reporter: Ahc06
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin