Transisi Energi

Simposium Perdana GE, ESDM: Percepat Transisi Energi di Indonesia

GE Indonesia jadi tuan rumah simposium perdana State of the Art di Jakarta, membahas inovasi, komitmen, dan kolaborasi untuk mempercepat transisi energi.

Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat memberi sambutan dalam simposium perdana "State of the Art" yang digelar oleh General Electric (GE) Indonesia di Jakarta, Rabu (10/5/2023). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - General Electric (GE) Indonesia menjadi tuan rumah simposium perdana State of the Art di Jakarta, Rabu (10/5) membahas inovasi, komitmen, dan kolaborasi untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana dalam sambutannya membahas tentang komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 dan peran Indonesia yang terus berkembang sebagai pemain kunci dalam lanskap energi global.

"Dengan mengaktifkan ekosistem yang kuat di seluruh industri utama yang secara kolaboratif memperkuat jaringan listrik Indonesia dan mengatasi dampak sosial ekonomi dari transisi energinya," kata Dadan.

Ia mengatakan sejak meratifikasi Perjanjian Paris 2015, Indonesia telah membuat progres yang signifikan dalam upaya pengurangan emisi dan pada Konferensi Iklim ke-27 PBB (COP-27). Indonesia juga telah mendeklarasikan akan meningkatkan target dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Baca Juga: Transisi Energi yang Berkeadilan, Bukan Sekedar Turunkan Emisi Karbon

"Indonesia terbuka terhadap berbagai mekanisme yang dapat memacu penerapan energi hijau dan saya mengapresiasi GE karena telah bergabung dalam upaya dekarbonisasi Indonesia," ujarnya.

Adapun simposium tersebut memamerkan kemampuan inovatif perusahaan energi independen GE Vernova dalam mempercepat daya yang andal, terjangkau, dan berkelanjutan untuk masa depan baru lebih rendah karbon.

GE akan berkolaborasi dengan para mitra Indonesia untuk menghadirkan teknologi hemat energi dalam memberikan peta jalan yang jelas untuk transisi energi Indonesia menuju NZE pada 2060.

Sementara itu, President Services Asia GE Gas Power Amol Mody menjelaskan simposium State of the Art merupakan kesempatan emas untuk berdiskusi mengenai urgensi investasi dan kolaborasi dalam mendukung agenda iklim Indonesia.

Baca Juga: Transisi Energi Terbarukan dan LCT, Kemenlu: Jadi Prioritas Visi ASEAN

"Mengingat Indonesia memiliki sumber daya gas alam yang melimpah, GE berkomitmen untuk mendukung peralihan energi negara dari batu bara ke gas yang dapat mengurangi emisi CO2 hingga 60 persen," kata dia.

Hal itu dilakukan bersamaan dengan menyebarkan energi terbarukan yang cepat dan strategis serta menawarkan energi andal dan terjangkau.

"Kami juga akan terus mengadvokasi kebijakan berkelanjutan yang transparan dan inklusif demi memastikan tersedianya opsi energi terbarukan yang efektif," ujarnya.

Sebelumnya, GE telah memperkenalkan GE Vernova pada 2022 sebagai bisnis yang dibangun dengan tujuan khusus terhadap energi keberlanjutan dan sebagai pemain kunci dalam industri energi yang memberdayakan serta menggaungkan aksi iklim di berbagai negara.

Baca Juga: Jalan Panjang Transisi Energi, Antara Pembiayaan dan Keekonomian

GE Vernova bertujuan memastikan kelistrikan yang fleksibel, terjangkau dan andal untuk Indonesia serta mendorong diskusi mendalam mengenai percepatan transisi energi Indonesia melalui kolaborasi dengan pemangku kepentingan utama di berbagai sektor termasuk pembangkit listrik, pertambangan dan pengolahan mineral, kendaraan listrik, dan industri manufaktur baterai.

Di Indonesia, GE telah hadir selama lebih dari 70 tahun dengan lebih dari 500 pegawai yang terletak di tiga lokasi berbeda. Hal itu berkontribusi hingga 30 persen dari kebutuhan listrik negara.

Sebagai bagian proyek 35 gigawatt (GW) Pemerintah Indonesia, teknologi 9HA GE akan menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 dan Tambak Lorok.

Tenaga sebesar 2.540 gigawatt (GW) diperkirakan akan dihasilkan dari kedua turbin gas pembangkit tersebut pada 2023, setara dengan menyalakan sekitar 16 juta rumah di Indonesia.