Simpang Siur Kasus Pembantaian Lansia di Jalan Tambang Pengaron

Hampir sepekan, polisi tak kunjung menangkap pelaku pembantaian sadis terhadap Sabriansyah (63) di jalan tambang, Desa Mengkauk, Kecamatan Pengaron.

Jasad Sabri ditemukan sudah bersimbah darah dengan luka tembak dan bacokan di areal kebun karet Desa Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar.

apahabar.com, MARTAPURA - Hampir sepekan, polisi tak kunjung menangkap pelaku pembantaian sadis terhadap Sabriansyah (63) di jalan tambang, Desa Mengkauk, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar. 

Padahal Kapolda Kalsel, Irjen Pol Andi Rian Djajadi sudah menginstruksikan jajarannya untuk mengatensi kasus tersebut. 

Termasuk memanggil PT JGA, perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di area lahan milik kerabat Sabriansyah.

Sebelumnya, Irjen Andi Rian menyebut PT JGA sebagai biang terjadinya pertikaian berdarah itu. 

Sejauh ini, polisi baru mengamankan seorang terduga pelaku pembacokan dan penembakan Sabriansyah bernama Yahya alias Aya.

Berdasarkan pengakuan Aya, salah satu petinggi PT JGA memerintahkan para pelaku untuk membuka jalan hauling yang sempat ditutup Sabriansyah bersama sejumlah warga. 

Lantas, sudah sejauh mana perkembangan proses penyelidikan dan pengejaran para pelaku?

Sampai berita ini ditulis, Irjen Andi Rian masih belum membalas pesan singkat media ini.

Sementara Kabid Humas Polda Kalsel, Kombes Pol M Rifai meminta media ini untuk menghubungi Kapolres Banjar, AKBP Ifan Hariyat. 

Dikonfirmasi, AKBP Ifan Hariyat mengatakan jika perkembangan kasus akan disampaikan langsung oleh Kapolda Kalsel, Irjen Pol Andi Rian.

"Statement langsung dari Bapak Kapolda mas," ucap AKBP Ifan Hariyat, Senin (3/4).

Terpisah, Kepala Seksi Humas Polres Banjar, AKP Suwarji mengaku masih menunggu arahan Kasat Reskrim Iptu Frans Manaan untuk perkembangan kasus selanjutnya.

"Untuk perkembangan kita tunggu dari Pak Kasat Reskrim," singkat Suwarji, Minggu (2/4).

Disorot DPR-IPW

Pangeran meminta agar kasus itu diusut hingga tuntas.

Kasus ini memantik sejumlah elemen masyarakat baik legislatif, LSM hingga aktivis lingkungan.  

Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Pangeran Khairul Saleh meminta Polda Kalsel mengusut tuntas kasus tersebut.

"Itu murni pidana," tegasnya. 

Lain halnya Indonesia Police Watch (IPW).

Lembaga independen yang fokus memantau kinerja kepolisian itu menduga PT JGA memiliki beking.

"Polisi jangan hanya menindak pelaku lapangan," ujar Sugeng kepada apahabar.com, Jumat (31/3).

Sugeng meyakini apabila kematian Sabriansyah tak diusut tuntas, maka jangan salah ada kesan pembiaran terhadap aksi premanisme khususnya pada sektor pertambangan.

Berdasarkan catatan apahabar.com, sebelum kasus Sabriansyah, ada nama Jurkani.

Advokat yang kala itu menjadi penasihat hukum PT Anzawara dibacok hingga lengannya nyaris putus saat memantau praktik penambangan ilegal di areal konsensi perusahaan di Angsana, Tanah Bumbu, Oktober 2022 silam.

Sebulan dirawat, purnawirawan polisi berpangkat AKP itu mengembuskan napas terakhirnya.

"Jika polisi tak mampu membongkar kasus konvensional seperti ini, artinya akan ada pembiaran dapat dilakukannya kekerasan-kekerasan beruntun di Bumi Kalsel," jelasnya.

Dibuka Seterang-terangnya

Anang Rosadi Adenansi

Di sisi lain, pengamat sosial, Anang Rosadi Adenansi menyayangkan sikap normatif para wakil rakyat.

"Ini jelas konflik agraria di pertambangan, antara rakyat dan oligarki, begini saja kah langkah wakil rakyat," jelas mantan anggota DPRD Kalsel tersebut.

Permasalahan pada lahan tambang antara perusahaan dan masyarakat merupakan persoalan yang pelik.

Perlu keseriusan penyelidkan dan keberpihakan penegak hukum, jika tak ingin masyarakat yang terus menerus menjadi korban.

"Setiap munculnya konflik agraria (lahan) baik tambang atau perkebunan, aparat harus peka karena kerawanan akan terjadinya kekerasan sangat potensial dialami masyarakat. Kita sudah lihat kasus Jurkani," jelasnya.

Warga yang memiliki bukti kepemilikan lahan sudah sepatutnya dibela oleh pemerintah.

"Mereka mestinya dilibatkan, bukan malah dirampas materinya apalagi nyawanya. Saya harap semua yang terlibat harus disasar, apalagi ini dalam kasus ini sudah ada penggunaan senjata api," tutur putra tokoh pers Kalsel, Anang Adenansi tersebut.

Andi Rian sebelumnya sudah membenarkan bahwa salah satu pemicu kematian Sabri adalah luka tembak.

Peluru yang menembus Sabri saat ini sudah dalam proses uji balistik.

Anang meminta agar hasil penyelidikan nantinya dibuka seterang-terangnya ke publik.

"Saya berharap dengan kapolda Kalsel yang baru dari segi keberadaban dan akhlaknya yang baik dapat menuntaskan kasus ini," pungkas Anang.

Negara Harus Hadir

Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono

Adapun Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono mengutuk keras perihal kejadian seperti ini bisa kembali terjadi.

"Rakyat dibunuh dan dipenjara. Pengacara tewas, wartawan dibui. Parah. Ke mana negara?" sesal Kisworo.

"Tambang dan sawit selalu jadi persoalan, baik lingkungan maupun sosial."

Oleh sebab itu, Kiss -sapaan akrab Kisworo- berharap, pihak kepolisian bisa mengusut tuntas kasus ini hingga ke akarnya.

Tak hanya polisi. Kiss juga mendorong agar Pemerintah Pusat bisa mengatensi serius kasus-kasus kejahatan lingkungan.

"Pemerintah harus punya satu komisi khusus untuk menangani kejahatan lingkungan dan sumber daya alam," tekannya.

Untuk di daerah, Pemprov Kalsel dimintanya untuk belajar dari beberapa kasus yang sudah terjadi agar mencegah kembali terulang di kemudian hari.

"Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor harus mereview dan evaluasi kembali semua perizinan perusahaan industri ekstraktif yang ada," ungkapnya.

Sebelumnya, pembunuhan Sabriansyah (60) diduga dilakukan oleh lebih dari 30 orang di jalan tambang Desa Mengkauk, Pengaron, Kabupaten Banjar, Rabu (29/3).

Siang itu, jasad Sabri ditemukan sudah bersimbah darah di areal kebun karet RT 4/5. 

Lansia tersebut diduga dieksekusi oleh puluhan orang buntut polemik lahan batu bara. Sejumlah luka tusukan, bacokan hingga luka tembak ditemukan di sekujur jasadnya.  

Kesimpulan sementara, pembunuhan berawal dari proses penutupan jalan hauling oleh Sabri dan keluarganya yang merasa punya hak atas lahan yang digunakan sebagai rute tambang.

Sepekan penutupan, ancaman silih berganti datang ke pihak Sabri sampai akhirnya ada perintah dari atasan pelaku untuk membuka portal dengan cara apapun. 

Puncaknya pada Rabu (29/3) kemarin. Sebanyak enam mobil menyambangi lokasi jalan yang ditutup bermaksud menemui pemilik lahan, Muhammad. Lantaran tak ada di lokasi, satu mobil memilih mendatangi rumah Muhammad.

"Mereka mengaku atas perintah PT JGA. Tujuannya mau menawarkan Rp50 ribu per satu ret," pemilik lahan, Husrani Noor kepada apahabar.com, Jumat (31/3).

Muhammad lalu membuka diri, meski tidak langsung mengiyakan. "Pada akhirnya juga tidak jelas kepastiannya dan mereka pulang," ungkap Husrani. 

Selanjutnya, sejumlah utusan yang diduga preman tersebut memilih kembali ke lokasi tanah berkonflik.

Nahas, Muhammad sudah mendapatkan kabar sudah terjadi penyerangan yang menewaskan satu korban.

Berdasar keterangan saksi, pelaku berjumlah lebih dari 20 orang. Mereka menaiki 5 unit mobil.

Masing-masing membawa senjata tajam. Bahkan senjata api. Warga pun berlarian melihat kedatangan mereka. 

"Jadi saat penyerangan itu juga ada warga lainnya di sana. Lantaran melihat keberingasan pelaku yang jumlahnya puluhan dengan sajam, warga pun berlarian. Tertinggal satu korban ini (Sabriansyah)," jelasnya.