Sport

Silaturrahmi Manajemen Barito dan Suporter, Cari Solusi Keluar dari Keterpurukan

apahabar.com, BANJARMASIN – Manajemen Barito Putera menggelar silaturrahmi dengan kelompok suporter di kediaman pendiri klub (alm)…

Suasana silaturrahmi manajemen Barito Putera dan suporter di Kampung Melayu, Banjarmasin, Sabtu (19/10). Foto-apahabar.com/Fathurrahman

apahabar.com, BANJARMASIN – Manajemen Barito Putera menggelar silaturrahmi dengan kelompok suporter di kediaman pendiri klub (alm) HA Sulaiman HB di Jl Kampung Melayu, Banjarmasin, Sabtu (19/10). Mereka duduk bersama mencari solusi saat tim tengah terpuruk.

Dalam pertemuan itu, manajer Barito Putera Hasnuryadi Sulaiman didampingi tim manajemen dan pelatih serta panitia pelaksana pertandingan. Disamping itu ada pula manajemen Barito U-20 dan perwakilan Hasnur Group.

Hasnur menjelaskan sejumlah masalah yang dihadapi Barito. Sampai-sampai Laskar Antasari terpuruk, terancam degradasi musim ini.

Diakuinya, persiapan tim dalam menentukan pemain Barito musim ini kurang teliti. Salah satunya memilih pemain asing.

Seperti diketahui di awal musim Barito sempat merekrut Lucas Silva dan Arthur Viera. Namun kerjasama keduanya berakhir hingga putaran pertama Shopee Liga 1.

Namun menurutnya direkrut kedua pemain asing asal Brasil itu awalnya tak lepas dari hengkangnya Hansamu Yama Pranata.

Meski sempat kecewa, karena Hansamu tadinya berkomitmen bertahan. Apalagi waktu itu manajemen sudah merekrut pemain kualitas seperti Evan Dimas dan Bayu Pradana.

“Alasan Hansamu waktu itu, dia memang ingin menikah dan dekat dengan keluarganya. Dia berjanji mungkin kalau tahun depan bisa kembali, tapi itu nanti lah,” ujar Hasnur.

“Saya ingin dangsanak-dangsanak semua tahu kondisi sebenarnya. Setelah itu terjadi kepanikan. Lalu direkrutlah pemain asing itu langsung, yang ujungnya tidak sesuai harapan. Kita mengakui ini kesalahan harusnya diseleksi,” terang Hasnur.

“Bagaimana pun kesalahan dari kita bahwa kita merekrut pemain tanpa sebuah proses seleksi. Padahal sebelumnya kita selalu seleksi dulu. Tapi kan beberapa tahun ini ini hal tersebut tidak dilakukan dengan benar,” jelasnya.

Selain akibat pemilihan pemain tidak teliti, kemudian adanya desakan dan coach Jacksen F Tiago menyatakan mundur. Padahal kompetisi baru beberapa laga.

Maka lanjut Hasnur, ditunjuklah Yunan Helmi. Yunan diberikan karena loyalitas dan prestasinya hingga membantu timnas junior dilatih Indra Sjafri di Piala AFF 2019.

Tapi, rupanya itu belum cukup mendongkrak prestasi Barito, hingga manajemen memutuskan merekrut Djadjang Nurjaman.

Dipilihnya pelatih yang karib disapa Djanur itu karena dinilai sangat berpengalaman.

Disamping itu, Djanur punya gen juara bersama Persib 2014, dan punya figur kebapakan, sehingga dapat menyatukan pemain bintang dengan pemain lainnya. Kemudian Djanur juga memiliki lisensi yang sesuai dengan syarat Liga 1.

Yang tak kalah hebat, terang Hasnur, Djanur mampu mengangkat Persebaya dari bawah hingga ke peringkat lima kompetisi Liga 1.

“Jejak rekam itulah jadi pertimbangan kami semua. mudah-mudahan di sisa ini sesuai dicitakan bisa membawa Barito bertahan. Nah baru tahun depan bisa menyiapkan tim untuk juara,” jelas Hasnur.

Sementara itu, Djanur juga mengungkapkan faktor lain dialami pemain sehingga mempengaruhi prestasi Barito. Selama beberapa bulan di sini, dia melihat sejumlah pemain merasa terbeban.

“Ada beberapa catatan yang perlu saya sampaikan, salah satunya bahwa pemain di Barito ini tidak semua berlevel kelas satu. Ada pemain-pemain mudanya. Yang artinya secara mental tidak sama dengan pemain senior,” ungkapnya.

Faktor mental ini terang Djanur dipengaruhi oleh beberapa hal. “Mungkin ini adalah hasil dari pertandingan sebelumnya, di awal-awal kompetisi sering mengalami kekalahan. Itu betul-betul membuat mental mereka agak turun. Itu (juga) barang kali tekanan dari suporter. Kedua, mereka tidak percaya diri,” jelas Djanur.

Djanur justru kaget, ketika di kandang malah melempem. Padahal dari penilaiannya, pemain tampil luar biasa di luar kandang. Dia membandingkan pertandingan saat di Madura dan menjamu Persebaya.

“Ketika tampil di luar saya melihatnya langsung. Di Madura, begitu bagus main, tapi ketika tampil di sini walau pun menang lawan Persebaya tapi penampilan kita jauh dari harapan, mereka masih melakukan kesalahan,” nilai Djanur.

“Itu semua karena faktor itu, faktor takut, nervous, sebagian pemain juga buka-buka medsos sangat berpengaruh terhadap mental pemain. Begitu juga teriakan di stadion,” jelasnya.

“Saya menghimbau kepada rekan-rekan semua di sini, berilah kami dukungan positif. Jelek, baik, kalah atau pun menang tetap disuport. Karena ini sangat-sangat membantu untuk menyelamatkan pertandingan sisa di kandang nanti,” pungkas Djanur.

Isu Miring

Dalam pertemuan ini, Ketua Barito Mania Normansyah sempat menyinggung soal isu miring di dalam manajemen. Seperti yang didengarnya, salah satunya karena ada campur tangan yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsinya.

“Karena waktu itu isunya sangat kencang. Bahkan sampai ke tempat barbershope pemain terdengar isu ini. Sampai ada suara yang keluar agar asisten manajer mundur usai pertandingan lawan Kalteng. Siapa yang mengeluarkan isu itu, dan seperti apa kebenarannya di dalam, itu tidak terbukti,” ujar Normansyah.

“Ke depan kita ingin silaturrahmi seperti ini tetap dilakukan. Karena kita sudah bisa mengungkapkan isi uneg-uneg kita selama ini,” tambah Norman.

Terkait itu, sebelumnya Hasnur lebih telah membantahnya dengan menjelaskan seperti peran Syarifudin Ardasa selama ini. Termasuk diangkat jadi asisten manajer.

Waktu itu kata Hasnur, ada perombakan di manajemen. Pada 2014 silam, sang ayah (HA Sulaiman HB) marah melihat prestasi Barito menurun.

Salah satunya karena gagal mempertahankan Coulibaly Djibril dan Makan Konate. Khusus Konate, mendapat perhatian serius. Sebab, Makan Konate selain mainnya bagus juga seorang muslim.

Nah disaat itu lah kenang Hasnur, diminta ayahnya agar tim dan menajemen dirombak. Dan asisten manajer Syarifudin Ardasa ditunjuk langsung oleh sang ayah.

Lalu tim mulai bekerja keras. Bahkan awalnya terlihat bagus di tangan Jacksen F Tiago, tapi musim-musim berikutnya justru menurun.

“Ulun blak-blakan saja, ulun sedih dan sangat mengerti perasaan Syarifudin Ardasa, banyak berkomentar tetang beliau agar keluar dari tim. Bahwasanya penunjukkan beliau sebagai asisten memang langsung dari alm abah,” kenang Hasnur.

Terlepas dari itu Hasnur mengaku senang semua permasalahan ini bisa diungkapkan langsung tidak melalui sosial media.

Karena menurutnya dengan bertemu langsung bisa menjelaskan secara terang dan sekaligus bisa bersilaturrahmi.

“Saya pribadi melihat ini menunjukkan kecintaan luar biasa. Kita sangat terharu dan tambah semangat lagi, bahwasanya beliau itu sangat mencintai. Dan ingin kita berbuat lebih baik lagi, mudah-mudahan ini jadi motivasi terutama kepada pemain-pemain,” jelas Hasnur.

“Memang pemain kita tidak libatkan dulu pada pertemuan pertama ini. mudahan kedepan ada pertemuan rutin, tidak hanya membahas barito senior, tapi umum sepakbola Banua yang kita cintai,” pungkasnya.

Disisi lain, soal terompet juga sempat disinggung salah satu suporter, lantaran tidak bisa masuk ke Stadion Demang Lehman. “Waktu di 17 Mei bisa, kenapa di SDL tidak,” ketus Anang Terompet.

Namun, oleh ketua panitia pelaksana pertandingan, H Djumadri Masrun, telah dijelaskan alasannya. Dia pun berjanji pertandingan berikutnya akan diakomodir terkait masalah ini. “Harapan kita pertandingan dapat berjalan tertib sesuai regulasi liga. Itu saja,” kata Djumaderi.

Berikutnya akan ada pertemuan lanjutan Rabu (23/10) mendatang. Tak hanya perwakilan pemain, tapi juga mantan pemain Barito.

Dalam silaturrahmi itu, intinya manajemen ingin meminta masukan dari segenap keluarga besar Barito Putera. Terutama apa yang harus dilakukan manajemen tim agar bisa mengangkat tim dari keterpurukan saat ini.

Baca Juga: AFC Rovers 19 Bertekad Keluar dari Papan Bawah

Baca Juga: Kalah dari GRE FC, Bunyamin FC Tercecer ke Posisi Empat BFL 2019

Baca Juga: Ke Semifinal, Praveen dan Melati Bidik Gelar Denmark Open 2019

Baca Juga: Bawa Barito Menang, Torres Sekaligus Menyakiti Mantan

Reporter: Fathurrahman
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin