Religi

Setelah Bertemu Syekh Yasin, KH Mahfudz Amin Mau Menonton Televisi

apahabar.com, BANJARMASIN – KH Mahfudz Amin merupakan seorang ulama yang sangat berhati-hati, bahkan dalam urusan menonton…

KH Mahfudz Amin (paling depan sebelah kiri) bersama KH Salman Jalil dan KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) ketika menyambut kedatangan Syekh Yasin Al Fadani di Martapura tahun 80-an. Foto-putramartapura.blogspot.com

apahabar.com, BANJARMASIN - KH Mahfudz Amin merupakan seorang ulama yang sangat berhati-hati, bahkan dalam urusan menonton dan memiliki televisi. Namun setelah bertemu Syekh Yasin Al Fadani, Guru Mahfudz tiba-tiba pulang ke rumah, minta dibelikan televisi.

Menurut KH Syaifuddin Zuhri, Syekh Yasin Al Fadani diketahui berkunjung ke Martapura di tahun 80-an. Kedatangan beliau selain memberikan ijazah kepada murid-muridnya di Kalimantan Selatan, juga mengajak istrinya, Aminah, yang tak lain adalah buyut dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, untuk berkunjung ke kampung halaman datuknya.

Di antara yang dikunjungi Syekh Yasin Al Fadani adalah kediaman murid beliau, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang dikenal dengan Abah Guru Sekumpul, ketika masih di Keraton, Martapura.

Para ulama Banjar ramai menyambut kedatangan ulama besar Mekkah itu. Hadir pula, KH Mahfudz Amin -Pendiri Pondok Pesantren Ibnul Amin, Pamangkih-.

Baca Juga :Guru Zuhdi: Cinta Dunia dan Nafsu Sumber Segala Dosa

Ketika di Martapura, KH Mahfudz terkejut melihat gurunya, Syekh Yasin, sedang menonton televisi. Sesuatu yang tak pernah dilakukannya sebelumnya.

Melihat prilaku gurunya, yang diyakininya lebih berilmu dan berhati-hati ketimbang dirinya, Guru Mahfudz tak banyak tanya. Tiba-tiba saja, tak lama dari peristiwa itu, dia mencari televisi.

"Sejak pertemuan itu, Guru Mahfudz pulang ke kediamannya di Pamangkih, dan minta dibelikan televisi," ungkap Abah Guru Banjar Indah -KH Syaifuddin Zuhri-.

Di antara dasar kebolehan menonton televisi, sambung Guru Banjar Indah, adalah riwayat Sayidina Umar bin Khattab RA yang melihat dari jauh (terbuka hijab, red) tentara Islam sedang berperang. Beliau yang pada saat itu berkhotbah lantas menyeru pasukan itu berlindung ke balik gunung.

Dari cerita itu dipahami, bahwa tidak ada salahnya melihat orang dari jauh melalui televisi.

Baca Juga :Guru Ibad, Orang Dibalik Ditariknya Peredaran "Buku Kerohanian"

Editor: Muhammad Bulkini