Gempa Bumi Cianjur

Setahun Gempa Cianjur: 1.700 Keluarga Berada di Tenda Pengungsian

Sebanyak 1.700 Keluarga yang masih berada di tenda pengungsian.

Tenda pengungsian yang berdiri di Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Foto: apahabar.com/Riski Maulana

apahabar.com, CIANJUR - Bencana alam gempa bumi 5,6 magnitudo yang terjadi di Cianjur pada 21 November 2022 lalu kini sudah menginjak satu tahu. Ada sebanyak 1.700 Keluarga yang masih berada di tenda pengungsian.

Dari 1.700 Keluarga yang masih berada ditenda pengungsian yang tersebar di seluruh Kecamatan. Cugenang menjadi Kecamatan terbanyak pengungsi yang masih berada di dalam tenda.

"Setelah kita lakukan pendataan ke setiap Kecamatan, kurang lebih ada sekitar 1.700 yang masih ditenda dan itu termasuk yang berada di Hunian Sementara (Huntara)," tutur Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur Asep Wijaya, kepada apahabar.com, Selasa (21/11).

Baca Juga: Pemkab Cianjur Ajak Warga 'Turun Gunung', Lawan Darurat Sampah

Menurut Asep, para warga yang masih berada ditenda pengungsian mendapatkan bantuan dana tunggu hunian (DTH) dari pusat sebesar 500 ribu.

"500 ribu setiap bulannya dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk warga untuk sewa rumah. Total anggarannya 10 miliar dan baru tersalurkan 1 miliar lebih jadi sebagian belum dapet," ucapnya.

Sementara itu, Bupati Cianjur Herman Suherman mengungkapkan para warga yang masih berada didalam tenda pengungsian maupun huntara menunggu pembangunan tempat relokasi maupun bantuan tahap empat.

"Jadi yang masih berada didalam tenda saya maunya menggunakan DTH yang 500 ribu itu untuk sewa rumah ngontrak," jelasnya.

Baca Juga: Cerita Ibu Korban Gempa di Cianjur Melahirkan di Tenda Pengungsian

Menurut Herman, warga yang masih berada didalam tenda pengungsian di akhir tahun bisa kerumah yang baru atau tempat relokasi.

Sementara itu, Wisnu (40) warga Desa Cijedil yang masih berada didalam tenda pengungsian mengungkapkan, dirinya tingga ditenda pengungsian bersama istri dan dua anaknya.

"Kalau disiang hari gak kuat berada ditenda karena sangat panas tapi kalau malam dingin, mau gimana lagi kita gak punya rumah, rumah kita hancur bahkan hilang karena tergerus tanah longsor," pungkasnya.