Tak Berkategori

Setahun Covid-19 di Barito Kuala, Waspada Bencana Gelombang Kedua

apahabar.com, MARABAHAN – Kendati tak patut dirayakan, mau tidak mau Covid-19 telah berusia 1 tahun di…

Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, ketika membagikan masker kepada pedagang Pasar Marabahan dalam ka. Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Kendati tak patut dirayakan, mau tidak mau Covid-19 telah berusia 1 tahun di Barito Kuala, Rabu (7/4). Banyak hal telah berubah, termasuk penanganan pasien.

Kasus konfirmasi pertama di Bumi Selidah diumumkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Batola tertanggal 7 April 2020.

Diberi kode Btl-01, Covid-19 pertama kali memapar seorang pria berusia 48 tahun dari Kecamatan Wanaraya.

Btl-01 diidentifikasi merupakan bagian dari Klaster Gowa, seperti kasus-kasus awal konfirmasi di sejumlah kabupaten/kota Kalimantan Selatan.

Demi mencegah penyebaran Covid-19, Barito Kuala melaksanakan dua kali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

Klaster Gowa merupakan sebutan untuk pasien terkonfirmasi positif Covid-19, setelah melakukan perjalanan ke Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Mereka sedianya mengikuti Ijtima Ulama Sedunia. Namun acara itu dibatalkan pemerintah setempat gara-gara pandemi Covid-19.

Lantas selama 21 hari perawatan di RSUD Abdul Aziz Marabahan, Btl-01 juga menjadi pasien pertama di Batola yang berhasil sembuh.

Namun seiring kesembuhan Btl-01, penyebaran Covid-19 di Batola terus meningkat. Setelah Klaster Gowa berakhir, penyebaran mulai disebabkan transmisi lokal.

Hingga update terakhir, terdapat 1.771 kasus konfirmasi positif. 1.570 pasien berhasil disembuhkan, 22 meninggal dunia, dan tersisa 179 kasus aktif.

“Setelah Btl-01, kasus baru sepanjang April 2020 berjumlah 35. Kemudian meningkat menjadi 45 kasus baru, hingga mencapai puncak Juni 2020,” papar Kepala Dinas Kesehatan Batola, dr Azizah Sri Widari, Selasa (6/4).

“Kasus sempat menurun mulai Oktober 2020, sebelum meningkat lagi sejak Desember 2020 hingga Maret 2021,” imbuhnya.

Kasus sepanjang 2021 tampaknya dapat disebut sebagai gelombang kedua, lantaran jumlah kasus baru melampaui awal tahun pertama.

“Kami mencatat ditemukan 181 kasus baru sepanjang Januari 2021. Kemudian Februari sebanyak 280 kasus dan Maret 309 kasus,” beber Azizah.

“Peningkatan ini sebenarnya menjadi fenomena di seluruh Indonesia. Penyebabnya kurang disiplin menjalankan protokol kesehatan, ditambah kegiatan kemasyarakatan yang sulit dikendalikan,” tambahnya.

Selain sikap masyarakat, banjir yang terjadi di awal 2021 juga berpengaruh besar terhadap peningkatan kasus-kasus baru di Batola.

“Situasi serupa juga terjadi Banjar dan Tanah Laut yang merasakan dampak paling parah akibat banjir,” tukas Azizah.

Sementara teknis pengobatan pasien konfirmasi positif di Batola, diyakini tidak berubah dan sesuai petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan.

Namun demikian, sistem karantina tidak seketat di bulan-bulan awal. Sekarang karantina yang diaktifkan hanya SKB Batola.

Sebelumnya selama delapan bulan pertama, Batola menyiapkan SKB dan Mess KTM sebagai tempat karantina.

Itu masih ditambah karantina yang disediakan Pemprov Kalimantan Selatan di Gedung BPSDM, Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), dan Asrama Haji, selain rumah sakit rujukan.

“Sekarang masyarakat cenderung isolasi mandiri, karena pemahaman mereka mulai lebih baik, walau belum 100 persen,” jelas Azizah.

“Kalau dulu pasien aktif disuruh isolasi mandiri, malah jalan-jalan. Sekarang mereka benar-benar isolasi mandiri,” sambungnya.

Meski pemahaman mulai membaik, masyarakat yang bergejala maupun kontak erat, tetap diharuskan melapor ke Puskesmas untuk menjalani pemeriksaan.

“Pelaporan ini berperan penting mencegah penyebaran, mengingat sekarang kasus konfirmasi mulai merata. Kalau dilakukan pengetesan, hampir selalu ditemukan kasus baru,” tegas Azizah.

Laporan itu juga berguna untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, mengingat obat seperti oseltamivir hanya diberikan berdasarkan by name by address.

“Sejak awal Maret 2021 sesuai petunjuk teknis dari Kemenkes, hanya pasien positif yang mendapatkan pengobatan. Sedangkan kontak erat tidak swab, tapi disarankan isolasi mandiri selama 14 hari,” beber Azizah.

“Pasien aktif tersebut terus dipantau selama 14, ditambah 7 hari isolasi mandiri. Kalau masih memperlihatkan gejala, diminta segera melapor kembali,” sambungnya.

Dalam upaya pencegahan, vaksinasi Covid-19 juga sudah dilakukan di Batola mulai Februari 2021. Sudah lebih dari 4.000 orang yang mendapatkan vaksinasi CoronaVac.

Mereka terdiri dari pejabat publik, tenaga kesehatan, dan petugas pelayanan publik dari berbagai satuan perangkat kerja.

“Sekarang masih berproses vaksinasi untuk tenaga pengajar, disusul lanjut usia dan pedagang pasar,” timpal Dwikorawati, Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Batola.

“Kami surprise dengan respon positif masyarakat tentang vaksin, karena hanya sepersepuluh yang masih keberatan,” tandasnya.