Serunya Wisata Edukasi Budidaya Lebah Madu Ashfa Borobudur

Wisata edukasi Madu Ashfa Borobudur, mengajak wisatawan melihat proses ternak lebah dan mengolah madu tanpa harus beli tiket.

Qosim pemilik penangkaran lebah Madu Ashaf Borobudur (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, MAGELANG - Wisata edukasi Madu Ashfa Borobudur, mengajak wisatawan melihat proses ternak lebah dan mengolah madu tanpa harus beli tiket.

Madu memiliki banyak manfaat untuk tubuh dan memiliki rasa manis serta menyegarkan. Biasanya, madu disantap dengan dioles ke roti atau dicampurkan ke minuman seperti teh atau kopi sebagai penambah rasa manis.

Sebelum menjadi siap santap, madu melalui berbagai proses dari lebah hingga olahan manusia.

Saat mengunjungi wisata edukasi Madu Ashfa Borobudur, para wisatawan bisa melihat proses mengolah madu mulai dari ternak lebahnya. Sebab, Madu Ashfa tak hanya menjual madu kemasan dalam botol, namun juga memiliki peternakan lebah yang bisa dikunjungi wisatawan.

Qosim Putra (34) menuturkan, Madu Ashfa awalnya penangkaran lebah yang diwariskan oleh ayahnya sejak puluhan tahun silam.

Baca Juga: Magelang Punya Candi Asu, Alternatif Wisata Selain Borobudur

"Sejak kelas 4 SD saya sudah diajarkan ayah, mulai dari merawat lebah sampai mengambil sari-sarinya, tetapi dulu hanya untuk penjualan, belum dibentuk menjadi wisata edukasi," kata Qosim, Senin (17/7).

Kemudian, sambung Qosim, sekitar 2012, ia baru mencoba mengenalkan Ashfa madu dari proses pembuatannya ke masyarakat umum.

"Wisatawan yang datang ke penangkaran lebah madu ini diberikan edukasi aneka jenis lebah penghasil madu, cara panen hingga packaging serta perawatan lebah supaya bisa terus memproduksi madu," jelas Qosim.

Tanpa Tiket Masuk

Qosim mengatakan, ia tidak menarik Harga Tiket Masuk (HTM) untuk pengunjung yang ingin melihat proses produksi madu alias gratis.

Bahkan, wisatawan yang berkunjung ke Ashfa madu justru mendapat kesempatan mencicipi madu gratis langsung dari tempat penangkarannya.

"Nanti yang sudah mencicip, biasanya tertarik untuk membeli, kalau berminat, baru kami menjualnya, bisa di dapatkan di gerai kami," ujarnya.

Pengunjung yang tertarik membeli olahan madu tersebut, bisa membeli dengan ukuran 250 ml jenis original seharga  Rp 110.000 dan memakai Bipolen Rp 150.000.

"Kami juga memasarkannya ke Tokopedia, Shoppe, Lazada dan Facebook, banyak juga pengunjung yang repeat order melalui market place tersebut," ujarnya.

Selain itu, Qosim juga bekerjasama dengan para pengusaha VW yang membawa para wisatawan keliling Borobudur.

"Jadi, wisata ke Magelang bukan cuma ke Borobudur, tetapi banyak juga wisata edukasi sekitarnya, termasuk kami, biasanya banyak tamu yang datang naik VW," tuturnya.

Pada long holiday Idul Adha ini, Qosim mengaku, jumlah pengunjungnya meningkat 100 persen lebih banyak daripada biasanya.

Baca Juga: Mencicip Mangut Beong, Kuliner Khas Magelang Dekat Candi Borobudur

"Maka kami tetap buka, anak sekolah ini juga musim libur semester, kemudian libur idul adha, bisa lebih dari 500 orang dalam sehari saat peak season," ujarnya.

Tak hanya wisatawan lokal, Qosim mengatakan, pengunjung yang datang bahkan juga banyak yang berasal dari mancanegara.

"Luar pulau Kalimantan, Sulawesi, banyak, kalau mancanegara dari Amerika Serikat, Belanda, Jerman, ada beberapa yang singgah dan pasti membeli untuk dibawa ke negaranya," kata Qosim.

Ia berharap, libur panjang menjadi kesempatan industri wisata khususnya di Borobudur dan sekitarnya bisa merangkak kembali hidup pasca terpuruk akibat pandemi.

"Perlahan dan kami tetap semangat, sudah kelihatan ada perubahannya, semoga menjadi awal yang baik," katanya.