Sering Marah-marah Saat Puasa? Simak Pesan Abah Guru Zuhdi

Ibadah puasa bukan hanya soal tidak makan dan minum sepanjang hari, tapi umat Muslim juga diperintahkan untuk menahan amarah.

Ilustrasi. Foto-Net

apahabar.com, BANJARMASIN - Ibadah puasa bukan hanya soal tidak makan dan minum sepanjang hari, tapi umat Muslim juga diperintahkan untuk menahan amarah.

Nah, berbicara soal orang atau diri sendiri yang sering marah-marah saat puasa, KH Ahmad Zuhdiannoor atau Abah Guru Zuhdi pernah berpesan.

"Sesungguhnya puncak dari pada ketakwaan ketika marah dan melahirkan hasad, itu kita jangan sampai berbuat sekahandak (semaunya) kita ketika marah," ujar Abah Guru Zuhdi dalam rekaman ceramah yang dikutip dari kanal YouTube Suara Ulama, Kamis (30/3).

"Baik dengan ucapan ketika marah tadi atau dengan perbuatan. Jadi baik kita memerangi dan mengelahii (melawan) marahnya kita. Jadi marah itu adalah seperti api yang bernyala-nyala, yaitu terasa di dalam hati kita karena kehandak kita yang menurut kita itu bagus kada kabul," sambung Abah Guru Zuhdi.

Lalu Abah Guru Zuhdi juga berpesan agar amarah yang digambarkan bak api itu jangan sampai melalar. Maka kata Abah Guru Zuhdi, "Kalau sudah ke tangan. Kena tangan melempang. Itu ngarannya sudah kebakarannya di tangan. Kalau sampai ke batis marah tadi. Kena batis tuh menyepak (menendang). Nah kalau sampai kepada ucapan lalu bemamai, hamuk, sangkal, sangit. Semua itu gara-gara api tadi sudah melalar ke bagian badan. Bahkan kadang-kadang seperti terlihat mata itu habang, ketika kita sedang marah."

Oleh karena itu, kata Abah Guru Zuhdi, jangan sampai amarah itu membuat kita untuk berbuat di luar batas. Artinya amarah yang digambarkan bak api itu mesti dipadamkan.

Terakhir, ada pun cara memadamkan amarah yang dianjurkan oleh Abah Guru Zuhdi, "Bahwasanya yang menghilangkan marah adalah "Tauhid Af'ali" orang yang mengamalkan "Tauhid Af'ali" artinya measakan (membenarkan) perbuatan Allah. Artinya bala (musibah) yang kada (tidak) cocok lawan kehandaknya ini adalah ulahan Allah. Inya memandang kayatu (seperti itu). Nah kalau inya (ia) mau melajar memahami, itulah awal pajahnya api."