Kalsel

Sepi Job, Pekerja Seni di Tabalong Banting Setir

apahabar.com, TANJUNG – Pandemi Covid-19 tidak hanya memberi dampak terhadap sektor perekonomian saja, melainkan juga sektor…

Ilustrasi – Para pekerja seni di Tabalong saat tampil sebagai penari menyambut tamu pada suatu kegiatan di tengah pandemi Covid-19. Foto-apahabar.com/Muhammad Al-Amin

apahabar.com, TANJUNG – Pandemi Covid-19 tidak hanya memberi dampak terhadap sektor perekonomian saja, melainkan juga sektor budaya tradisional turut kena imbasnya.

Hantaman pandemi Covid-19 sangat terasa bagi para seniman tradisional yang kini mulai sulit mendapat izin untuk menggelar pentas. Kalaupun ada para pemakai jasa mereka tidak berani dengan alasan takut disalahkan.

“Hal ini membuat beberapa seniman daerah terpaksa banting setir mencari pekerjaan lain, seperti tukang ojek online, buruh bangunan dan lainnya,” ungkap Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan Kabupaten Tabalong, Masdulhak Abdi, kepada apahabar.com, belum lama tadi.

Ujarnya lagi, di Tabalong terdapat 40 sanggar seni di bawah binaan pihaknya.

Dari jumlah tersebut yang mampu bertahan di masa pandemi ini bisa dihitung dengan jari, sisanya meski tidak bubar tapi penggiat seninya beralih profesi.

“Tidak adanya pemasukan dari seni mau tidak mau penggiat seni di Tabalong banyak beralih profesi, ” kata Abdi, belum lama tadi.

Di saat pandemi ini mengharuskan para penggiat seni mengubah plafon ke digital, meski peluangnya tidak banyak tersedia ditambah belum siapnya sumber daya manusia dalam hal ini.

Hal itu supaya para pekerja seni bisa tetap berkarya dan mendapat penghasilan di sana.

“Saat ini pertunjukan seni tradisional di Tabalong belum tersentuh digital, bila hendak bertahan di tengah pandemi ini mereka harus belajar untuk memasarkan,” kata Abdi.

“Kami juga selalu mencarikan peluang di Provinsi Kalsel dan pusat supaya kawan-kawan seniman bisa tampil di berbagai kegiatan,” sambungnya.

Para seniman tradisional harus memiliki pemikiran kreatif dan inovatif sehingga ketika kurangnya waktu pentas dan banyaknya batasan, tetap bisa bertahan.

"Manfaatkan media bukan hanya media masa tapi media sosial seperti YouTube atau lain-lain sehingga seni kita tetap diketahui," pintanya.

Abdi berharap, seniman di daerah ini tetap berkarya, sementara pihaknya memberikan wadah terhadap itu.

“Meski dengan anggaran minim sejumlah kegiatan sudah kita lakukan untuk memfasilitasi secara dalam jaringan [daring],” pungkasnya.