News

Sepekan Tiga Kasus Bunuh Diri di Kalsel, Psikolog Beber Pemicunya!

apahabar.com, BANJARMASIN – Kasus bunuh diri di Kalimantan Selatan belakangan ini marak terjadi. Sepanjang April ini…

Oleh Syarif
Ilustrasi bunuh diri. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Kasus bunuh diri di Kalimantan Selatan belakangan ini marak terjadi.

Sepanjang April ini saja, tepatnya sepekan terakhir,apahabar.commencatat insiden bunuh diri sudah terjadi 3 kali di daerah yang berbeda.

Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan misalnya, seorang pegawai BUMN berinisial MR (28) nekad mengakhiri hidup dengan cara gantung diri.

MR ditemukan sang istri dalam keadaan tergantung di pohon mangga samping rumahnya, saat ingin melaksanakan santap sahur, 7 April 2022.

Sehari setelahnya, kasus serupa terjadi di Hulu Sungai Tengah. Cara korban untuk mengakhiri hidup pun hampir sama, yakni dengan seutas tali.

Pria bernama A'la (37) ditemukan tak bernyawa dengan kondisi tergantung tali di leher. Warga juga mendapati surat wasiat yang di dalamnya tertulis nomor pin banking serta satu unit motor tergadai.

12 April 2022, kasus bunuh diri kembali terjadi di Barito Kuala. Pria berinisial AS (33) harus mengakhiri hidup dengan cara terjun ke Sungai Alalak.

Sama halnya dengan A'la, AS juga meninggalkan surat wasiat.

Sederet fenomena di atas perlu jadi atensi serius. Peran orang terdekat hingga pemerintah setempat sangat penting dalam pencegahan dini aksi bunuh diri.

Menurut Ketua Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Kalimantan Selatan, Melinda Bahri, kasus bunuh diri bisa disebabkan oleh masalah yang kadang kurang terperhatikan orang dekat korban.

Pencetusnya pun beragam. Dapat masalah yang sudah berlangsung lama maupun ada pengalaman traumatik yang belum terpulihkan.

"Atau pencetus-pencetus baru yang merupakan masalah tidak terduga, namun memberikan kegelisahan, beban pikiran bagi korban yang tidak mampu diselesaikan," bebernya saat diminta pandanganapahabar.com, Kamis (14/3).

Kasus-kasus bunuh diri, kata Melinda, memang perlu kepekaan orang sekitar untuk melihat maupun mendengar.

Jika ada perubahan perilaku dari seseorang, penting bagi para kerabat untuk menghubungkan ke tenaga profesional seperti psikolog klinis.

Di sisi lain, Melinda menekankan, edukasi terhadap masyarakat perlu lebih ditingkatkan.

Menurutnya, banyak tenaga profesional yang bisa dilibatkan. Tidak hanya psikolog klinis, bisa psikiater, perawat kesehatan jiwa hingga pekerja sosial.

"Pentingnya edukasi tentang kesehatan mental dan bagaimana cara self care [merawat diri] saat kita mengalami keadaan psikologis yang tidak nyaman," ujarnya.

Dia mengingatkan, edukasi kesehatan mental jangan hanya dilakukan pada momen-momen tertentu. Tapi perlu ada program yang berkelanjutan.

"Sasarannya bisa anak, remaja dan dewasa," pungkasnya.