Semua Orang Berhak Bahagia kecuali Cherophobia, Kenapa?

Semua orang berhak mendambakan kebahagiaan. Namun, tidak demikian dengan pengidap cherophobia, yang justru memiliki ketakutan berlebih terhadap perasaan bahagia

Ilustrasi orang yang enggan merasa bahagia (Foto: iStockphoto)

apahabar.com, JAKARTA - Semua orang berhak mendambakan kebahagiaan. Namun, tidak demikian dengan pengidap cherophobia, yang justru memiliki ketakutan berlebih terhadap perasaan bahagia.

Pengidap cherophobia kerap merasa cemas ketika berada dalam kegiatan yang dianggap membuat bahagia. Mereka yakin bahwa setiap kali sesuatu yang baik terjadi, maka hal buruk pasti akan menghantui.

Sebab itulah, pengidap cherophobia cenderung menghindari aktivitas yang dapat mengarah pada kegembiraan. Dengan menghindari rasa bahagia, mereka berharap bisa mencegah hal buruk terjadi di kemudian hari.

Cherophobia sendiri tidak dikategorikan sebagai gangguan jiwa dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Namun, para ahli menduga kondisi ini termasuk gangguan kecemasan alias anxiety disorder.

Tak Melulu Menimpa si Pemurung

Korban trauma, introvert, dan orang  perfeksionis memang disinyalir lebih rentan mengalami cherophobia. Namun, bukan berarti seseorang yang mengidap fobia ini senantiasa terlihat sedih atau murung. 

Penyebab utama fobia ini adalah adanya rasa takut akan kesedihan yang bakal menimpa usai merasa bahagia. Perasaan ini mungkin terjadi akibat trauma masa lalu, yang lantas mendorong pemikiran bahwa bahagia akan mengundang kesedihan.

Dengan kata lain, cherophobia merupakan mekanisme yang muncul dalam otak seseorang untuk melindungi diri. Sadar maupun tidak, orang itu mungkin sedang membentengi diri dari trauma, ketakutan, tragedi, atau konflik masa lalu.

Boleh jadi, mereka tampak baik-baik saja ketika bersosialisasi dengan orang lain. Tetapi, dalam hatinya, mereka selalu merasa cemas ketika pergi ke acara sosial yang menyenangkan, seperti pesta, konser, atau acara serupa lainnya.

Selain itu, mereka juga sering berpikir bahwa terlihat bahagia itu buruk bagi diri sendiri, teman, dan keluarga. Bahkan, merasa bahwa kebahagiaan hanyalah buang-buang waktu dan tenaga.

Cara Mengatasi Cherophobia

Namun, tidak semua orang yang menunjukkan ciri-ciri cherophobia adalah penderita gangguan kecemasan. Seseorang bisa saja menghindari kegiatan sosial, kalau hal itu dianggap memberi ketenangan dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

Mengingat cherophobia tidak tergolong dalam gangguan kejiwaan, penanganannya pun perlu disesuaikan dengan keadaan setiap orang yang mengalaminya. Secara umum, fobia ini dapat diatasi dengan melakukan relaksasi.

Relaksasi yang dimaksud berupa melatih teknik pernapasan, menulis jurnal, meditasi, ataupun berolahraga. Selain itu, bisa juga memberanikan diri mengikuti kegiatan sosial yang selama ini dihindari.

Kalau kondisi ini dirasa sudah mulai mengganggu kehidupan sosial, percintaan, atau pekerjaan, cobalah berkonsultasi dengan psikolog. Psikolog akan membantu Anda menggali penyebabnya serta memberi solusi terbaik untuk mengatasinya.