Tak Berkategori

Sempat Menguat di Akhir Pekan, Senin Pagi Rupiah Kembali Melemah ke Rp 14.450/US$

apahabar.com, JAKARTA – Sempat menguat di akhir pekan, kini rupiah kembali melemah tipis di perdagangan pasar…

Ilustrasi rupiah. Foto–Istimewa

apahabar.com, JAKARTA - Sempat menguat di akhir pekan, kini rupiah kembali melemah tipis di perdagangan pasar spot. Dolar AS pun semakin betah di level Rp 14.400.

Dilansir CNBCIndonesia, pada Senin (20/5/2019) pukul 09.00 WIB, US$ 1dibanderolRp 14.450. Rupiah melemah tipis 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan menguat tipis di tengah tren pelemahan dalam sepekan ini.

Rupiah Jumat sore menguat 2 poin atau 0,01% menjadi Rp 14.450 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.452 per dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, seperti dilansir Antara, Jumat (17/5/2019), mengatakan, ditahannya suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada Kamis (16/5) lalu menjadi sentimen positif bagi rupiah.

BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 6 persen sekaligus merevisi proyeksinya atas defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) periode 2019. Kini, proyeksi CAD ditetapkan berada di rentang 2,5-3% dari PDB, dari yang sebelumnya 2,5% dari PDB.

“Perlambatan ekonomi global hingga perang dagang menjadi faktor yang memaksa BI merevisi proyeksi CAD untuk tahun 2019,” ujar Ibrahim.

Dari eksternal, saat ketegangan perdagangan dengan AS meningkat, untuk menstabilkan ekonominya China menggunakan strategi melepas kepemilikan obligasi negara AS atau US Treasury dengan laju tercepat dalam dua tahun terakhir pada Maret lalu sebesar 67,5 miliar dolar AS, turun 6,5%. Ini menjadi senjata pamungkas China guna menghancurkan ekonomi AS dan memperburuk negosiasi perdagangan.

“Negara pemegang surat utang AS yang terbesar itu memang hanya melepas kepemilikannya senilai 20,5 miliar dolar AS sehingga kini China memiliki obligasi pemerintah AS senilai 1,12 triliun dolar AS. Namun, langkah tersebut menunjukkan pola berlanjut berkurangnya kepemilikan China yang terjadi ketika kedua belah pihak masih belum mampu menyepakati perjanjian dagang,” kata Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah Pasca Rilis Data Pertumbuhan Ekonomi

Editor: Aprianoor