Pemkab Barito Kuala

Sempat Disangsikan, Begini Noormiliyani Setelah Dua Tahun Menjadi Bupati

apahabar.com, MARABAHAN – Tepat 4 November 2019, Hj Noormiliyani AS sudah menjalani dua tahun jabatan Bupati…

Bupati Barito Kuala, Hj Noormiliyani AS, bersama anak-anak dalam peringatan Hari Anak Nasional di Kecamatan Bakumpai. Foto-Humpro Setda Batola

apahabar.com, MARABAHAN – Tepat 4 November 2019, Hj Noormiliyani AS sudah menjalani dua tahun jabatan Bupati Barito Kuala. Semuanya tampak berjalan mulus, kendati sebelumnya sempat disangsikan.

Noormiliyani yang berpasangan dengan Rahmadian Noor sebagai wakil bupati, menggantikan sang suami sekaligus bupati dua periode Hasanuddin Murad.

Keberhasilan Noormiliyani menduduki kursi bupati, juga menjadi sejarah di Kalimantan Selatan. Belum pernah sebelumnya wanita menduduki jabatan puncak pemerintahan kabupaten/kota, bahkan wakil bupati sekalipun di Bumi Lambung Mangkurat.

Sebenarnya Noormiliyani juga pernah menorehkan catatan lain. Pertama kali bertarung memperebutkan kursi legislatif dalam Pemilu 2014, Noormiliyani berhasil lolos.

Tak cuma lolos, wanita kelahiran Banjarmasin 21 April 1959 ini bahkan menjadi wanita pertama yang menjadi Ketua DPRD Kalsel, sebelum mengundurkan diri di pertengahan 2016 atau dua tahun setelah menjabat.

Sudah menorehkan sejarah dan berpengalaman menjadi ketua DPRD, tak sedikit pihak yang menyangsikan kapabilitas Noormiliyani sebagai Bupati Batola.

Banyak penyebab kesangsian tersebut, mulai dari tinjauan psikologis, fisik, hingga budaya patriarki yang lebih mengistimewakan peran laki-laki di atas perempuan.

“Memang semula banyak yang sangsi kepada saya, terutama karena kodrat wanita adalah mengurus rumah tangga. Bahkan saya selalu ditanyai cara membagi waktu antara keluarga dan jabatan,” ungkap Noormiliyani.

“Makanya ketika memutuskan terjun ke politik, kami harus mencairkan dulu kondisi rumah tangga, terutama memberi pemahaman kepada anak tentang pekerjaan orang tua,” imbuhnya.

Termasuk dalam mencairkan situasi rumah tangga itu adalah mengedepankan quality time bersama suami maupun anak.

“Dalam setiap pertemuan dengan anggota keluarga, diusahakan berbincang dan berdiskusi terbuka. Kecuali situasi penting, saya juga jarang mengikuti kegiatan malam,” papar Noormiliyani.

“Kami berbagi tugas dengan Wabup untuk menghadiri agenda kegiatan malam. Sementara saya tetap seperti ibu rumah tangga lain seperti salat magrib dan isya bersama keluarga,” imbuhnya.

Oleh karena tetap ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik, Noormiliyani berusaha selalu menyiapkan keperluan sang suami dan anak setiap hari, sebelum berangkat ke kantor.

Andai kemudian harus berangkat lebih pagi, putri Gubernur Kalsel periode 1963-1968, H Aberani Sulaiman, ini memastikan semua kebutuhan keluarga dapat diselesaikan pembantu rumah tangga.

“Sehebat apapun karir wanita, pulang ke rumah tetap istri seseorang. Jangan sampai semena-mena, karena suami orang biasa. Bagaimanapun suami adalah kepala rumah tangga dan imam,” tegas Noormiliyani.

“Ayah saya pun tak pernah menginginkan saya menjadi pejabat. Beliau hanya ingin saya menjadi istri salehah, karena itu yang membawa orang tua ke surga. Makanya ketika pulang ke rumah, saya tetap istri Hasanuddin Murad,” sambungnya.

Lantas apa hubungan keluarga dengan pemerintahan? Noormiliyani meyakini mengelola rumah tangga dengan pemerintahan hanya dibedakan ruang dan waktu.

“Hal terpenting dari mengurus rumah tangga dan pemerintahan adalah konsep. Tanpa konsep yang jelas, pembangunan hanya menghabiskan uang rakyat tanpa manfaat,” tukas Noormiliyani.

“Selama dua tahun ini, saya mengemukakan beberapa konsep, kemudian dipikirkan bersama SKPD terkait. Hasilnya adalah pemikiran bersama, bukan dari bupati. Sama seperti berumah tangga, semuanya harus dikomukasikan dengan suami dan anak,” tambahnya.

Kemudian dengan komitmen bersama menerapkan konsep, semua pihak terkait juga terdorong mengeluarkan kemampuan terbaik.

“Saya memang sudah terbiasa melakukan segalanya dengan terkonsep. Ketika awal-awal menikah, suami saya pun terkejut karena saya membuat konsep tahunan,” jelas Noormiliyani.

“Namun saya yakin hidup harus ditata agar menjadi sesuatu dengan memanfaatkan dana terbatas. Kalau tanpa konsep, semua pendapatan bisa habis tanpa manfaat,” imbuh alumni Fakultas Hukum Tata Negara Universitas Lambung Mangkurat ini.

Konsep itu meyakinkan wanita yang biasa dipanggil Yayan dalam lingkungan keluarga ini memilih mengontrak rumah, seusai menikah dengan Hasanuddin.

“Padahal rumah ayah saya masih cukup menampung kami. Namun saya ingin merasakan membeli kebutuhan hidup sendiri, sekalipun serba setengah kilogram. Sebelumnya menyupir mobil sendiri, selanjutnya hanya pakai sepeda motor kreditan suami,” kenang Noormiliyani.

Konsep-konsep yang diyakini Noormiliyani sebagai kunci, terlihat dari rencana 3 tahun dan 20 tahun. Rencana ini pun sudah diolah Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Batola menjadi blue print.

“Tahun pertama menjabat, kami menyelesaikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) bupati terdahulu. Lantas mulai tahun kedua, kami membuat dan menggarap konsep pembangunan sendiri,” tegas Noormiliyani.

“Mengingat masa jabatan kami hanya sampai 2022, rencana 3 tahun itu sedianya merupakan pemadatan rencana 5 tahun yang disesuaikan visi misi Membangun Desa Menata Kota Menuju Masyarakat Sejahtera,” tambahnya.

Sementara rencana 20 tahun atau 15 tahun tersisa, diwariskan kepada bupati selanjutnya agar jangan sampai pembangunan di Batola kembali tidak jelas. Pun blue print ini memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

“Sampai sekarang baru membangun desa yang sudah jelas. Khusus pembangunan infrastruktur desa, bisa disinergikan dengan Dana Desa. Kami juga memiliki program mengubah level 19 desa tertinggal melalui Bedah Kampung Terintegrasi,” beber Noormiliyani.

“Sebaliknya penataan kota belum terpenuhi. Termasuk dalam penataan kota adalah memperkenalkan dan membuat orang berkunjung ke Batola melalui serangkaian festival,” sambungnya.

Selain rencana sekitar 12 festival selama setahun mendatang, pembuatan Jejangkit Ecopark yang melibatkan pihak ketiga juga termasuk penataan kota.

Sementara pembangunan Jembatan Dadahup yang menghubungkan Tabukan dengan Kuala Kapuas sudah aman, lantaran masuk RPJMD Kalsel dan RPJMN.

“Diputuskan mulai 2019 melalui skema kerjasama pihak ketiga, kami berusaha merelokasi rumah sakit. Relokasi ini menjawab pembukaan akses darat ke Tapin dan Kuala Kapuas,” jelas Noormiliyani.

“Ini bukan untuk kepentingan pribadi, karena saya tak ingin menjadi bupati yang bermasalah. Saya tak pernah meminta proyek, mencampuri urusan izin dan sebagainya. Satu-satunya keinginan saya adalah semua konsep terealisasi,” lugasnya.

Baca Juga: Inilah Setara, Kelotok Susur Sungai Milik Pemkab Batola

Baca Juga: Sampai 2022, 6 Puskesmas di Batola Berstatus Utama

Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Puja Mandela