Semburan Api Di Rest Area

Semburan Api di Tol Cipali Diduga Berasal dari Gas Biogenik

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan analisis geologi terkait fenomena semburan gas disertai api di area peristirahat

Semburan gas disertai api muncul di area peristirahatan KM 86B Tol Cikampek-Palimanan di Kabupaten Subang, Jawa Barat. (Foto: Antara)

apahabar.com, JAKARTA - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan analisis geologi terkait fenomena semburan gas disertai api di area peristirahatan KM 86B Tol Cikampek-Palimanan (Cipali) di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

"Semburan gas pada lokasi rest area KM 86B kemungkinan besar berasal dari gas biogenik Formasi Cisubuh berumur pliocene sampai pleistocene," demikian keterangan resmi Badan Geologi yang diterima di Jakarta, Kamis (27/4).

Semburan api itu berasal dari sumur bor artesis yang digunakan sebagai sumur air tanah dengan kedalaman antara 40 sampai 100 meter. Bahkan, kawasan itu berada dekat dalam radius dua kilometer dengan sumur eksplorasi gas aktif Pertamina EP.

Baca Juga: Semburan Api Rest Area Tol Cipali, Jubir: Bukan dari Pipa Pertamina

Lokasi sumur itu termasuk ke dalam Peta Geologi Lembar Pamanukan, Jawa Barat. Secara geologi, lokasi sumur berada pada satuan batuan alluvium asal vulkanik batu pasir tuffaan dan konglomerat yang berumur kuarter.

Adapun batuan penyusun di bawah satuan lapisan aluvial tersebut, mengacu pada Peta Geologi Lembar Bandung adalah Formasi Citalang berumur pliosen atas, Formasi Kaliwangu berumur pliosen bawah, dan Formasi Subang berumur miosen akhir.

Satuan batuan tersebut tersingkap di daerah Subang dan sekitarnya dan menerus di bawah permukaan hingga lokasi sumur berada. Pada sekitar lokasi semburan terdapat sumur PSJ-P1 dan PJN-P1 dengan kedalaman maksimal 1.076 meter untuk sumur PJN-P1.

Baca Juga: Catat! ASTRA Tol Terapkan Diskon Tarif di Tol Cipali untuk Arus Balik

Sumur PJN-P1 sampai dengan kedalaman 860 meter terdapat zona yang memiliki potensi sebagai penghasil dan penyimpan gas. Formasi itu diinterpretasikan sebagai Formasi Cisubuh yang berumur Pliosen hingga pleistosen.

Lokasi semburan berada pada antiklin berarah relatif barat sampai timur yang termasuk dalam Lapangan Pasirjadi. Sumur berada di puncak antiklin yang cukup besar dan ditutupi oleh lapisan aluvial vulkanik yang cukup tipis sekitar 200 meter.

Karakteristik puncak antiklin merupakan zona lemah dan umumnya mengalami peretakan maupun perekahan, sehingga memungkinkan gas biogenik maupun termogenik dari formasi di bawahnya (Formasi Cisubuh) untuk dapat menyusup keluar.

Baca Juga: Arus Balik 2023, Pertamina Jamin Pasokan BBM di Jabodetabek Cukup

Formasi Cisubuh dan formasi di bawahnya memiliki zona-zona bright spot yang berpotensi mengandung gas biogenik maupun termogenik yang memiliki tekanan yang dapat berpotensi menyemburkan gas bila kestabilan batuan penutupnya (endapan kuarter dan vulkanik) terganggu, baik oleh faktor alami maupun aktivitas manusia.

Batuan kuarter dan vulkanik yang dapat menahan keluarnya gas pada daerah semburan relatif tipis sekitar 200 meter dan rentan terhadap potensi semburan.

Badan Geologi akan mengambil sampel gas untuk menentukan karakteristik gas tersebut agar bisa menentukan sumber gasnya. Hal ini perlu dilakukan terkait dengan durasi dan besarnya semburan gas yang diperlukan untuk penanganan semburan serta antisipasi resiko di kemudian hari.

Baca Juga: Periode Arus Balik Lebaran, Pertamina Pastikan Suplai BBM Terpenuhi

Selain itu, pemetaan potensi gas biogenik di wilayah utara Jawa Barat terkait dengan risiko kebencanaan pengeboran sumur air dan aktivitas lainnya, serta pemanfaatan gas biogenik untuk kepentingan masyarakat secara lebih luas.

Badan Geologi menyarankan agar dilakukan pengamanan lokasi sampai semburan itu berhenti atau termitigasi secara teknik.

Mitigasi terkait semburan gas juga perlu dilakukan dengan fasilitas standar yang memadai baik berupa pembuatan flare maupun plugging dan sementing sesuai dengan kondisi teknis yang terbaik.