Tak Berkategori

Semarak Lomba “Unjun Pair” di Tapin, Mengangkat Kearifan Lokal Memancing Ikan

apahabar.com, RANTAU – Masih dalam momen Kemerdekaan Republik Indonesia, warga Desa Masta, Kecamatan Bakarangan, Tapin gelar…

Ratusan peserta ambil bagian di lomba ‘ujun pair’ di Tapin, Kamis (20/8). Foto-apahabar.com/M Fauzi Fadilah.

apahabar.com, RANTAU – Masih dalam momen Kemerdekaan Republik Indonesia, warga Desa Masta, Kecamatan Bakarangan, Tapin gelar lomba ‘Unjun Pair’, Kamis (20/8).

Lomba ini mendapat antusiasme tinggi warga Banua. Terbukti tak hanya berasal dari Tapin, tapi menarik peserta dari kabupaten tetangga, Hulu Sungai Selatan (HSS).

“Ujun Pair,” adalah budaya kearifan lokal masyarakat di Kalimantan Selatan untuk memancing ikan dengan menggunakan bambu dan kodok sebagai umpannya.

Dalam bahasa suku Banjar unjun artinya pancing dan pair artinya menyeret.

Seperti namanya, cara memancing dilakukan punya khas tersendiri. Batang bambu yang didesain sedemikian rupa itu diikatkan tali sepanjang pancing dan kodok dikaitkan di kail.
Sesudah itu, umpat dilempar ke air, diuntaikan dan diseret dengan ayunan menyerupai kodok hidup bergerak di air.

Trik memancing itu dikhususkan untuk menjerat ikan-ikan gabus yang lapar. Bahasa Banjarnya adalah ikan haruan tak terkecuali ikan sejenisnya misalnya taoman. Jenis itu adalah ikan predator.

Di tengah era modernisasi, di mana sekarang banyak ragam alat pancing canggih, tak menghilangkan eksistensi unjun pair.

Hal itu terbukti. Hari ini tak kurang dari 700 peserta yang terdaftar mengikuti lomba di bantaran sungai sepanjang 2 kilometer area rawa itu.

Kembali ke event yang sangat meriah siang tadi. Panitia pelaksana, Ahmad Dharmawi mengatakan bahwa event itu dalam rangka 75 tahun Indonesia merdeka.

Misinya, memperat tali silaturahmi antar warga Tapin dan warga kabupaten tetangga. Mengingat Tapin dan HSS mempunyai hubungan persaudaraan yang erat sejak dahulu kalanya.

“Sebagai penyemangat, lomba itu memberikan hadiah juara I Rp.1,5 juta, juara II Rp1 juta dan juara III Rp500 ribu. Peserta sekitar 700 orang, event ini tak mengenal batas usia,” ujar Dharmawi.

Untuk lomba itu kategori pemenang adalah siapa yang mendapatkan ikan paling berat. Saat apahabar.com bertandang, 30 menit sebelum batas waktu berakhir pada pukul 17.00 WITA, posisi teratas dari hasil pancingnya ikan seberat 415 gram.

Bagi peserta saat berbincang kepada apahabar.com, mengaku tak peduli dengan hadiahnya. “Yang penting bakumpulan, jarujut dan raminya,” ungkap salah seorang peserta, Fansyah, warga Desa Sawang, Tapin Selatan.

Sungai yang luasnya selemparan batu itu “dihujani” kodok-kodok peserta. Asik, galak tawa candaan peserta juga terdengar dikeramain pemancing yang didominasi kalangan tua itu.

Bagaimana dengan protokol kesehatan Covid-19?

Secara tidak langsung, para mancing di sana melaksanakan pembatasan jarang 1 miter. Karena memancing perlu posisi khusus dan strategi jitu untuk mendapatkan ikan.

Untuk masker, semua membawa penutup mulut dan hidung itu. Biasanya dipakai untuk melindungi dari sengatan terik matahari lengkap dengan tukup kepala, misalnya topi.

Ada juga yang memakai kaca mata hitam. Bisa dikatakan secara tidak langsung menerapkan protokol Covid-19.

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin