Selamat, Kalsel Masuk 3 Besar Penurunan Stunting Tertinggi di Indonesia

Meski masih tinggi, namun penurunan stunting di Kalsel terus terjadi. Penurunan stunting paling besar di Banua terjadi pada 2022 kemarin.

Dinkes Kalsel berkomitmen turunkan angka stunting di 2023. Foto: Ilustrasi-IDX Channel

apahabar.com, BANJARBARU - Meski masih tinggi, namun penurunan stunting di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus terjadi.

Penurunan stunting paling besar di Banua terjadi pada 2022 kemarin.

Pada tahun ini, Dinas Kesehatan Kalsel pun optimis akan mengulang capaian yang sama di 2022. Bahkan meningkatkannya.

Dari data SSGI, angka stunting turun dari 24,4 persen menjadi 21,6 persen di seluruh Indonesia dan untuk provinsi ini pada 2021 angkanya 30 persen, turun menjadi 24,6 persen di 2022.

"Sehingga dalam satu tahun, stunting di Banua turun 5,4 persen," ujar Kadinkes Kalsel, dr Diauddin, Kamis (2/2).

Diauddin mengatakan, di tahun ini, program prioritas dinas kesehatan hampir sama dengan tahun sebelumnya. Yakni penurunan angka stunting, penurunan angka kematian Ibu, bayi dan penurunan angka kesakitan.

Itu yang akan dilakukan dan Kalsel masuk tiga provinsi dengan penurunan angka stunting tertinggi di Indonesia. Dirinya optimis, tahun ini bisa lebih baik.

"Karena itu kita akan mengevaluasi apa saja yang baik di tahun 2022, akan dilanjutkan dan apa yang masih kurang akan kami tingkatkan,” imbuhnya.

Capaian penurunan angka stunting ini, kata Diauddin, tak lepas dari peran semua kabupaten/kota yang memiliki strategi masing-masing dan dilakukan secara bersama-sama.

Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Kalsel, Yuliani menuturkan, untuk tahun ini, pihaknya akan tetap fokus pada penguatan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita.

"Serta penguatan pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri," timpal Yuliani.

Untuk tablet penambah darah ini, Yuliani menyebut akan diperluas lagi hingga ke sekolah agama seperti pesantren. Karena menurutnya, sebelumnya pesantren di Banua kurang terjamah akan edukasi dan pemberian tablet tersebut.

“Makanan tidak harus mahal, tapi pengolahan yang higienis dan sanitasi baik rahasianya," tutup Yuliani.