Sektor Penerbangan

Sektor Penerbangan, AP II Ungkap 5 Tantangan di Masa Mendatang

Angkasa Pura IIĀ  (AP II) mengungkapkan lima tantangan sektor penerbangan dunia, termasuk di Indonesia pada masa mendatang.

Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin (kiri) dalam seminar nasional "Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045" yang digelar oleh Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/6/2023). Foto: Angkasa Pura II

apahabar.com, JAKARTA - PT Angkasa Pura II  (AP II) mengungkapkan lima tantangan sektor penerbangan dunia, termasuk di Indonesia pada masa mendatang.

"Tantangan pertama ialah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat," kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (24/6).

Di Indonesia, kata Awaluddin, jumlah penumpang pesawat diyakini terus tumbuh. Data IATA (International Air Transport Association) menyebutkan pada tahun 2018 Indonesia merupakan pasar penerbangan terbesar ke-10 di dunia, pada tahun 2028 naik menjadi terbesar ke-5 di dunia, kemudian pada tahun 2038 naik kembali menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penumpang pesawat mencapai 451 juta penumpang.

Hal itu dikatakan dalam seminar nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar oleh Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/6).

Baca Juga: SE Kemenhub Nomor 16/2023, AP II: 20 Bandara Siap Terapkan Aturan

"Ekosistem sektor transportasi udara harus benar-benar siap, terkait pola distribusi, suplai, angkutan kargo hingga kaitannya dengan pariwisata," lanjut Awaluddin.

Selanjutnya tantangan kedua adalah pengembangan teknologi, baik di bandara maupun di pesawat.

Menurut Awaluddin, pengembangan bandara dengan konsep smart airport tentunya tidak bisa dihindari dan ini sudah dilakukan AP II sejak 2016. Pengembangan teknologi yang diharapkan ke depannya juga terkait operasional pesawat, yakni penggunaan pesawat listrik (electric) dan hybrid.

Baca Juga: Rencana Layanan TransJakarta di Soekarno-Hatta, AP II: Masih Dibahas

Tantangan ketiga terkait dengan peningkatan aspek operasional dan infrastruktur guna berdampak pada peningkatan kapasitas bandara dan load factor di setiap penerbangan, termasuk juga peningkatan pelayanan dan operasional.

Adapun tantangan keempat dan kelima terkait dengan lingkungan, yakni penggunaan sustainable aviation fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan terkait dengan emisi karbon.

Awaluddin menekankan bahwa sektor penerbangan nasional harus memperhatikan keberlanjutan. Bandara AP II sudah mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) di sejumlah bandara. Pada tahun 2021—2028 di 20 bandara AP II akan dioperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 26 megawatt peak (MWp).

Baca Juga: Keberangkatan Jemaah Haji, AP II Pastikan Kesiapan Enam Bandara

Ia optimistis sektor penerbangan nasional mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut.

"Tantangan yang ada dapat dihadapi dengan pengembangan ekosistem penerbangan yang terdiri atas air transport, travel, dan tourism. Pengembangan ekosistem penerbangan ini dapat dilakukan dengan konsep Indonesia Aviaconomics," ujarnya.

Di dalam konsep Indonesia Aviaconomics, kata Awaluddin, suatu bandara memiliki ekosistem yang memberikan dampak ekonomi secara luas dengan membuka ribuan, bahkan puluhan ribu lapangan pekerjaan, serta memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi.