Sejarah Banjarmasin

Sejarah Banjarmasin Jembatan Dewi⁣⁣⁣⁣⁣ Hari Ini, Jembatan Coen di Masa Lalu

Banjarmasin ternyata punya jembatan yang dibangun sejak tahun 1914. Hebatnya jembatan tersebut masih berfungsi sampai sekarang.

Ilustrasi Jembatan Dewi Dulu dan Kini / Foto: KITLV, Kalsel Today

apahabar.com, JAKARTA - Banjarmasin ternyata punya jembatan yang dibangun sejak tahun 1914. Hebatnya jembatan tersebut masih ada sampai sekarang.

Sejak awal berdiri sampai sekarang jembatan tersebut sudah empat kali berganti nama. Pertama dibangun jembatan ini bernama jembatan Coen, lalu berganti nama menjadi Ophaalbrug atau Jembatan Ringkap, dan sekarang menjadi Jembatan Dewi. Bahkan di masa pendudukan Jepang, jembatan itu diberi nama Jembatan Yamato Bashi.

Jembatan Ringkap itu dapat diangkat bagian tengahnya bila ada kapal akan lewat di bawahnya ke pedalaman lewat Sungai Martapura. 

Sejarawan Kalsel Mansyur bercerita, pembangunan infrastruktu sungai di Kota Banjarmasin sudah dimulai sejak zaman Hindia Belanda. 

Tepatnya, pada tahun 1898 ketika penunjukan Residen berkedudukan di Banjarmasin, C.A. Kroesen.

Apalagi kala Banjarmasin berubah status menjadi Gemeente Raad tahun 1919, pembangunan kian gencar.

Berdasarkan catatan yang didapat Mansyur, Jembatan Ringkap dibangun dan diresmikan tahun 1914 dengan nama Jembatan Coen (Kun).

“Kalau sekarang lokasinya di wilayah Jembatan Dewi, setelah swalayan Roberta, sebelum (Jalan A Yanai) Pal (KM) 1 Banjarmasin,” kata dosen sejarah FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini.

Baca Juga: Sejarah Panjang Gedung Bank Mandiri Banjarmasin, Berusia Hampir 1 Abad

Jembatan Ringkap Terpanjang

Pada masanya, jembatan itu merupakan jembatan ringkap terpanjang pertama. Jembatan itu menghubungkan wilayah Pulau Tatas dengan Jalan Oelin menuju Hulu Sungai. Kemudian menghubungkan Pekapuran/Pecinan - Ujung Murung/Sudimampir.

Dalam perkembangannya, baru pada tahun 1935 ringkapan di tengah jembatan dapat dilewati kapal laut. Pada tahun yang sama dilakukan perombakan atau perubahan-perubahan baru pada jembatan ini. Oleh masyarakat Banjar, jembatan ini dikenal dengan jembatan panjang atau jembatan ulin.

Selanjutnya bulan Agustus 1942 setelah Jepang menduduki Banjarmasin, jembatan diperbaiki dan diberi nama baru, Jembatan Yamato Bashi.

Demi perbaikan kembali infrastruktur Jembatan Coen, pemerintahan pendudukan Jepang harus menggelontorkan dana sebesar f 8.000.

Jembatan Coen yang sebelumnya hanya memiliki lebar 7 meter, ditambah pemerintah Jepang menjadi 8,60 meter.

Kemudian Jepang berinisiatif membangun kembali trotoar bagi pejalan kaki di atas badan Jembatan Coen.

"Ukurannya, lebih lebar dibandingkan ukuran sebelumnya dari 1,20 meter menjadi lebar 2 meter," ungkap Mansyur.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tahun 1945, dua tahun kemudian tepatnya tahun 1947 jembatan kembali diperbaiki & diperlebar oleh Belanda.

Jauh setelah itu sekitar tahun 1960-1970-an, terdapat Bioskop Dewi yang dibangun di dekat jembatan.

Masyarakat Banjarmasin pun lama kelamaan lebih mengenal nama jembatan ini menjadi Jembatan Dewi.

“Hingga saat ini Jembatan tersebut dikenal dengan Jembatan Dewi walau bioskopnya telah tiada dan masih aktif digunakan warga Banjarmasin sebagai sarana umum untuk kendaraan melintas,” tutupnya.