Tak Berkategori

Sebulan Banjir di Batola, Ribuan Warga Masih Mengungsi

apahabar.com, MARABAHAN – Dipengaruhi intensitas hujan yang terbilang tinggi, Barito Kuala belum sepenuhnya terbebas dari banjir….

Sejumlah logistik yang siap didistribusikan dari posko induk penanganan banjir di Kantor BPBD Batola. Foto: apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Dipengaruhi intensitas hujan yang terbilang tinggi, Barito Kuala belum sepenuhnya terbebas dari banjir.

Bahkan sejak debit air mulai meningkat di pertengahan Januari 2021, beberapa desa masih tergenang sedalam lutut orang dewasa.

Sejumlah desa yang masih terendam banjir, terutama di Kecamatan Mandastana, Jejangkit dan Rantau Badauh. Ketiga kawasan ini memang paling terdampak limpasan air dari Sungai Martapura.

Situasi itu juga menyebabkan 5.920 warga masih berada di pengungsian, karena tempat tinggal mereka belum memungkinkan ditempati.

“Jumlah pengungsi yang terdata berjumlah 5.920 orang,” papar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola, Sumarno, Senin (15/2).

Pengungsi terbanyak berasal dari Rantau Badauh yang berjumlah 1.565 orang, Mandastana 1.499 orang, Jejangkit 1.025 orang.

Sebagian besar pengungsi ditampung di rumah warga atau keluarga, serta sejumlah fasilitas umum seperti sekolah, tempat ibadah, gedung olahraga dan kantor desa.

Selain warga Batola, sejumlah pengungsi juga berasal dari Kabupaten Banjar. Di antaranya Sungai Batang, Sungai Tabuk, Keliling Benteng dan Lok Baintan.

“Atas pertimbangan tersebut, Batola memperpanjang status tanggap darurat banjir hingga 26 Februari 2021,” tegas Sumarno.

“Selain jumlah pengungsi, perpanjangan status juga berkaitan dengan pengerukan sungai-sungai yang berperan dalam mengurangi debit banjir,” imbuhnya.

Di sisi lain, posko induk penanggulangan banjir yang sebelumnya berada di Kompleks Mahatama Kecamatan Mandastana, dipindah ke Kantor BPBD Batola di Marabahan.

“Posko sudah dipindah sejak 11 Februari 2021 dengan sejumlah pertimbangan. Salah satunya sebagian besar pengungsi sudah kembali dan evakuasi juga tidak lagi dilakukan,” jelas Sumarno.

“Kendati demikian, penyediaan logistik untuk korban terdampak banjir masih tersedia sesuai permintaan, terutama ke tempat pengungsian,” imbuhnya.

Sementara pendistribusian tergantung koordinasi yang dilakukan. BPBD menyediakan armada pengantaran, atau bisa diambil sendiri oleh camat maupun kepala desa bersangkutan.

“Ketersediaan beras masih mencukupi hingga sebulan mendatang. Sedangkan logistik lain seperti perlengkapan bayi dan wanita, sebagian dibantu donatur,” tandas Sumarno.