Sebelum Menghakimi Korban, Ini Beberapa Respons Tubuh saat Mengalami Pelecehan Seksual!

Tubuh memiliki tiga jenis respon saat menghadapi bahaya. Flight atau kabur, fight atau melawan, dan freezing atau kaku.

Ilustrasi korban yang alami trauma setelah mengalami kekerasan seksual. Foto:

apahabar.com, JAKARTA - Kejahatan luar biasa seperti kekerasan seksual (KS) terjadi karena relasi kuasa yang timpang antara pelaku dan korban. Objektifikasi terhadap perempuan turut menyumbang jumlah korban KS yang didominasi oleh perempuan. 

Tak jarang pertanyaan yang meng-invalidasi peristiwa yang dialami korban kerap bermunculan. Seperti mengapa tidak segera melapor? mengapa diam saja? atau yang paling jamak terdengar dalam kehidupan sosial kita adalah, kenapa tidak melawan saja? baiknya tidak lagi dilontarkan pada korban. 

Pasalnya, selain invalidasi perasaan korban, respon tubuh yang tidak bisa merespon dengan cepat adalah hal yang normal terjadi, ketika menghadapi tragedi yang traumatik seperti KS.

Al Thuba, Kaprodi Ilmu Psikologi Universitas Merdeka Malang menjelaskan, jika respon tubuh akan cenderung membeku atau freezing ketika mendapati situasi traumatik. 

“Mungkin yang tidak banyak orang tahu itu freezing atau membeku, biasanya respon tubuh kita kalau melihat sesuatu yang tidak menyenangkan atau traumatik itu tubuh kita juga bisa merespon dengan freezing,” tuturnya pada apahabar, Sabtu (18/2).

“Contohnya film-film jaman dulu gitu ya, kalau lihat hantu mau lari tapi gak bisa, nah itu salah satu respon tubuh saat menghadapi bahaya, dan disebut freezing,” lanjutnya menjelaskan. 

Ia menegaskan, tubuh memiliki tiga jenis respon saat menghadapi bahaya. Flight atau kabur, fight atau melawan, dan freezing atau kaku. Ketiganya adalah respon alami tubuh saat menghadapi bahaya. Freezing salah satu respon yang biasa terjadi ketika bahaya yang dihadapi tidak pernah dialami tubuh sebelumnya. 

“Biasanya kalau freeze itu justru sesuatu benar-benar di luar dugaan kita, di luar dari hal-hal yang bisa kita pelajari sebelumnya. jadi otak itu tidak bisa memberikan komando atau perintah untuk merespon kejadian tersebut,” jelasnya. 

Dalam otak manusia, terdapat sistem Limbik ada yang disebut dengan amigdala, yang bertugas untuk memberi komando pada tubuh saat menghadapi bahaya.

Thuba menerangkan, jika amigdala akan diam dan mengalami freezing ketika tubuh mendapat peristiwa traumatik.

“Karena bahaya seperti KS ini tidak sama sekali dapat diprediksi atau pernah dialami tubuh maka sistem limbik akan diam, dia masih mempelajari, aku harus ngapain, aku harus gimana,” terang dosen ilmu Psikologi itu.