Sebelum Ibu Kota Batola Dipindah Ke Alalak, Berikut Keunggulan Geologi Marabahan

Namun sebelum benar-benar pindah, berikut keunggulan Marabahan dari tinjauan geologi.

View Marabahan yang diambil melalui udara. Usia dan lebar Sungai Barito diyakini membuat Marabahan bukan kawasan rawan bencana banjir. Foto: YouTube Urban Planner

apahabar.com, MARABAHAN –  Wacana pemindahan ibu kota Barito Kuala dari Marabahan ke Alalak, masih menjadi pembicaraan masyarakat. Namun sebelum benar-benar pindah, berikut keunggulan Marabahan dari tinjauan geologi.

Wacana pemindahan itu pertama kali dicetuskan anggota Komisi II DPR RI dari Kalimantan Selatan, Muhammad Rifqinizamy Karsayuda, terkait pembangunan kota metropolitan Banjarbakula yang terintegrasi.

Namun demikian, tidak sedikit yang menilai wacana tersebut terlalu tergesa-gesa, mengandung nuasa politik dan bisnis pihak tertentu, hingga bahkan dianggap sekadar mimpi.

Selain masih banyak sektor yang dibenahi dalam pembangunan di Batola, Marabahan juga bukan kawasan rawan bencana.

Diketahui Alalak sendiri pernah digenangi banjir kiriman dari Sungai Martapura selama berpekan-pekan di awal Januari 2021.

“Pengembangan sebuah kota atau ibukota suatu daerah harus memperhatikan efek keberlanjutan dengan memperhatikan sesumber (sumber daya alam dan sumber lain),” papar pengamat geologi Dessy Lestari Saptarini, Senin (16/1).

“Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah potensi bencana. Bagaimanapun bencana dapat memengaruhi sustainability sebuah kota,” imbuh dosen Geologi Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) ini.

Dari segi sesumber, Dessy menilai Marabahan memiliki sumber daya daerah yang dapat menyokong.  Tanah yang dominan rawa-rawa, masih dapat dimanfaatkan oleh warga dari tahun ke tahun.

“Dilihat dari peta satelit, tingkat ketebalan rawa gambut di Marabahan relatif tipis lantaran dekat dengan Sungai Barito. Situasi ini membuat pengembangan Marabahan masih bisa dilakukan,” papar Dessy.

“Daya dukung tanah tersebut memungkinkan sustainability kota semakin bagus. Di sisi lain, lahan gambut juga dapat dimaksimalkan untuk menghasilkan pendapatan daerah melalui pemanfaatan gambut untuk energi, wisata dan keuntungan lain,” imbuhnya.

Sementara sebagai daerah hasil aliran, Sungai Barito juga memberi sumber daya yang bagus untuk sawah dan perikanan melalui handil-handil maupun anak sungai.

“Aspek yang tak kalah penting adalah potensi bencana. Terletak di antara persimpangan Sungai Barito dan Sungai Bahan atau sungai menuju Sungai Negara, kemungkinan banjir di Marabahan terbilang kecil,” yakin Dessy.

“Selain karena stadia Sungai Barito sudah dewasa dan lebar, posisi Marabahan yang cukup jauh dari muara sungai juga memperkecil kemungkinan intrusi air asin dan banjir rob,” tandas alumnus program magister Teknik Geologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.