Industri Sawit Indonesia

Sawit Indonesia, Sumbang 5,29 Miliar Dolar AS, Terbanyak ke China

Industri sawit Indonesia pada periode Januari-Februari 2023 menyumbang devisa bagi RI sebesar 5,29 miliar dolar AS. 

Gapki menggelar media gathering di Jakarta, Jumat (14/4/2023). Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Industri sawit Indonesia pada periode Januari-Februari 2023 menyumbang devisa bagi RI sebesar 5,29 miliar dolar AS. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan ekspor minyak sawit dalam neraca perdagangan Indonesia kontribusinya positif.

"Sampai dengan Februari ini masih 5,29 miliar dolar AS. Ini sebabkan neraca perdagangan kita positif,” ujar Eddy dalam media gathering yang digelar di Jakarta, Jumat (14/4).

Eddy menuturkan, nilai ekspor mengalami kenaikan dari 2,6 miliar dolar AS pada Januari 2023 menjadi 2,68 miliar dolar AS pada Februari 2023 ini. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor pada olahan minyak sawit dari 2.121 ribu ton pada bulan Januari menjadi 2.254 ribu ton pada bulan Februari (harga produk olahan lebih tinggi dari harga bahan baku CPO).

Baca Juga: Kembangkan Sawit Berkelanjutan, Mentan: Pemerintah Dukung Gapki

Gapki juga mencatat jumlah konsumsi dalam negeri berangsur meningkat, yakni pada 2022 mencapai 20,9 juta ton, sementara pada tahun 2021 tercatat sebesar 18,4 juta ton dan 2019 sebesar 16,7 juta ton.

“Kalau kita melihat produksi 4 tahun terakhir memang kecenderungannya sudah stagnan, sementara dari grafik konsumsi justru terjadi kenaikan,” paparnya.

Lebih lanjut, Eddy pun meyakini pada 2023 kenaikan konsumsi akan terjadi karena adanya mandatory B35 yang diprediksi mendongkrak konsumsi hingga 3 juta ton. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya meminta pemerintah agar program peremajaan sawit rakyat (PSR) dapat segera dilakukan.

Kemudian, Gapki turut mencatat tren penurunan volume ekspor pada Februari 2023 sebanyak 2,91 juta ton, sementara pada Januari tercatat sebesar 2,94 juta ton.

Baca Juga: GAPKI Optimistis Industri Sawit Berkembang Seiring Pasar yang Terbuka

Ekspor sawit terbesar ke China

Tandan buah segar kelapa sawit. Foto: ANTARA

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, berdasarkan tujuan ekspor minyak kelapa sawit, kenaikan terbesar terjadi untuk tujuan China periode Januari-Februari 2023 yakni sebesar 55 persen atau meningkat 287 ribu ton.

Sementara Bangladesh meningkat 115 ribu ton atau 289 persen dan disusul Mesir meningkat sebanyak 81 ribu ton atau meningkat 142 persen.

“Kenaikan ekspor juga terjadi untuk tujuan Uni Eropa (selain Spanyol dan Italia), Filipina, Myanmar dan Vietnam meskipun dalam jumlah yang lebih kecil,” ujar Eddy.

Lebih lanjut, produksi minyak kelapa sawit pada Februari 2023 tercatat sebanyak 3,88 juta ton, lebih rendah dibandingkan dengan produksi pada Januari 2023 yang mencapai 3,89 juta ton.

Baca Juga: GAPKI tak Ambil Pusing soal Aturan Eropa tentang Impor Minyak Sawit

Sedangkan penurunan ekspor yang besar terjadi untuk tujuan India yakni mengalami penurunan sebanyak 301 ribu ton atau 41 persen dan Pakistan menurun sebesar 87 ribu ton atau 45 persen. Penurunan juga terjadi untuk tujuan Amerika Serikat, Malaysia, dan Singapura dengan jumlah yang lebih kecil.

Sementara itu, total konsumsi dalam negeri pada Februari 2023 sebesar 1.803 ribu ton, lebih tinggi dibanding Januari 2023 sebesar 1.786 ribu ton. Meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan, kenaikan itu terutama untuk konsumsi industri pangan, industri oleokimia maupun industri biodiesel.

Lebih lanjut, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Indonesia berpeluang terjadinya el Nino kecil yang semakin menurun sampai memasuki akhir musim kemarau 2023.

Baca Juga: Pemerintah Segera Salurkan DBH Sawit 2023 Rp3,4 Triliun dalam 2 Tahap

Kondisi tersebut diprediksi tidak begitu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit, sehingga diharapkan produksi sawit dalam negeri akan terus meningkat sepanjang tahun 2023.

“Meskipun demikian, anggota GAPKI diminta untuk mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber daya untuk menghadapi musim kemarau,” tukasnya.