Satu Tiket untuk Satu Pohon, Spirit Konser Coldplay yang Ramah Lingkungan

Penampilan band Coldplay di Stadion Utama Gelora Bung Karno sangat dinantikan penggemar Indonesia, sebab jadi yang pertama kalinya sepanjang sejarah

Grup band asal Inggris Coldplay. Foto: IG @Coldplay

apahabar.com, JAKARTA – Penampilan band Coldplay di Stadion Utama Gelora Bung Karno sangat dinantikan penggemar Indonesia, sebab jadi yang pertama kalinya sepanjang sejarah.

Tak heran jika euforia demikian bergulir di kalangan masyarakat Indonesia. Hingga penjualan tiket konser pun ditunggu dan paling diincar penggemar usai promotor merilis daftar harga resminya.

Tapi, ada hal menarik di balik penyelenggaraan konser tersebut. Group band Coldplay selalu membuat konser dengan konsep eco friendly atau ramah lingkungan.  

Hal itu karena sang vokalis, Chris Martin sangat mendukung kampanye tentang ramah lingkungan. Coldplay sendiri telah menyiapkan konsep khusus untuk mendukung kampanye tersebut.

Baca Juga: PA 212 Sebut Coldplay Ateis, Kenali Kepercayaan Chris Martin Sesungguhnya

Gunakan Pesawat Berbahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)

Sejak tahun 2022 dalam setiap kegiatan tur, Coldplay tidak lagi menggunakan pesawat konvesional. Mereka selalu menggunakan peasawat dengan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF).

SAF merupakan bahan bakar pesawat yang terbuat dari biomassa yang dinilai akan mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan penerbangan konvesional mencapai 50 persen.

Hal itu yang membuat Coldplay lebih memilih pesawat non-konvensional. Bahkan dalam wawancara dengan The Daily Star Newspaper pada 2022, Coldplay ingin secepat mungkin menggunakan pesawat berbahan bakar susu.

Chris Martin menilai pesawat berbahan bakar susu akan lebih ramah lingkungan dan membuat biaya penerbangan menjadi sangat murah.

Baca Juga: OJK Ingatkan Jangan Pakai Pinjol Ilegal untuk Beli Tiket Coldplay

Menyiapkan Sepeda Statis Penghasil Listrik

Selain pesawat ramah lingkungan, Coldplay juga ingin setiap listrik yang digunakan selama konser berlangsung, berasal dari energi yang berkelanjutan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Kemudian sepeda statis penghasil listrik juga harus disiapkan untuk meningkatkan kebutuhan daya selama konser berlangsung. Selain itu juga pemanfaatan energi gerakan hingga tarian para penonton lewat lantai kinetis yang diinjak.

Baca Juga: Ramai Jual Ginjal demi Tiket Coldplay, Apa Risikonya bagi Kesehatan?

Material Panggung Rendah Karbon

Setiap konser Coldplay mensyaratkan pembangunan panggung menggunakan material karbon rendah atau dengan bahan dasar yang berasal dari hasil daur ulang.

Contohnya seperti baja daur ulang, hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa setiap material yang telah digunakan untuk acara konser dapat dipakai kembali atau didaur ulang. Sehingga lebih ramah lingkungan.

Baca Juga: Bangga, Dua Film Indonesia Ikut Serta Dalam Festival Film Cannes 2023

Tanam Satu Pohon untuk Satu Tiket yang Terjual

Selain mendorong pengurangan emisi dalam setiap kegiatan tur, Coldplay berjanji untuk menanam satu pohon untuk setiap tiket yang terjual. Bahkan mereka telah bekerja sama dengan sejumlah yayasan ramah lingkungan untuk melakukan aksi penanaman pohon dari hasil penjualan tiket.

Tidak hanya itu, melansir dari globalcitizan.org, Coldplay telah menyiapkan sejumlah dana dari hasil penjualan tiket konser untuk berinvestasi pada sejumlah proyek pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Baca Juga: 4 Rempah Penyedap dengan Khasiat Antibiotik Alami

LED Ramah Lingkungan

Dalam konser tersebut penonton akan diberikan gelang yang sudah terpasang LED. Tapi, gelang tersebut tidak dapat dibawa pulang. Alasannya, daya pada gelang LED tersebut akan diisi ulang dan digunakan pada konser berikutnya.

Coldplay mengklaim gelang LED tersebut akan menghemat biaya produksi sampai dengan 80 persen. Gelang pun dibekali penerangan yang terbuat dari plastik ramah lingkungan.

Menariknya, gelang LED itu juga terbuat dengan casing yang seluruhnya terbuat dari plastik ramah lingkungan.

Gelang yang bernama 7-LED tersebut menggunkan plastik pertama yang berasal dari bahan nabati. Mereka menilai plastik tersebut tidak memiliki dampak deforestasi lingkungan.