kesenian daerah

Sanggar Tari Sobokartti, Upaya Seniman Semarang Lestarikan Kesenian Tari Klasik

Banyak cara melestarikan kesenian tari klasik Jawa. Salah satu yang melakukannya adalah sanggar tari Sobokartti di Semarang.

Sanggar tari Sobokartti, Semarang. Upaya seniman Semarang lestarikan kesenian tari. Sumber: Dedi/apahabar.com

apahabar.com, SEMARANG - Banyak cara melestarikan kesenian tari klasik Jawa. Salah satu yang melakukannya adalah sanggar tari Sobokartti di Semarang.

Kompleks Cagar Budaya Sobokartti Semarang menggelar kelas tari setiap akhir pekan. Kelas ini digelar sebagai upaya untuk mempertahankan kesenian Jawa dan membuka ruang bagi masyarakat yang masih peduli untuk mempertahankan kesenian tari.

Sobokartti adalah sebuah bangunan sejarah yang sudah ada sejak 100 tahun lalu. Bangunan ini telah digunakan sebagai wadah perkumpulan kelompok kesenian yang meliputi kesenian tari, karawitan dan pendalangan. Kompleks cagar budaya sobokartti terletak di daerah kebunagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.

Totok Pamungkas (60), salah satu mentor yang ada di kelompok seni tari Sobokartti mengatakan, untuk seni tari, Sobokarrti hanya memfokuskan pada seni tari klasik gaya Surakarta. Gaya tari Surakarta terdiri dari model tari Gamyong dan Gandrung.

"Tari Semarangan, tari kreasi, tari-tari agak sedikit modern hanya sebagai pengenalan saja," ujarnya kepada apahabar.com, Minggu (5/11).

Totok mengatakan, penari klasik lebih diperhitungkan ketimbang penari modern atau penari pada umumnya.

Totok Pamungkas, mentor tari di Sobokartti, Semarang. Sumber: Dedi/apahabar.com

"Enggak semua guru tari di Semarang dapat menguasai tari klasik secara baik," ucap pria kelahiran asli Semarang tersebut.

Lebih lanjut Totok mengungkapkan, bahwa sanggar tari Sobokartti sendiri sering didatangi oleh tamu istimewa dari Keratonan Surakarta hingga Kemangkunegaraan.

Mengenai keanggotaan atau peserta pelatihan tari, Totok mengatakan lebih didominasi oleh warga sekitar Semarang, yaitu dari Kabupaten Semarang, Demak dan Kota Semarang. Rata-rata usia peserta adalah 4-19 tahun.

"Untuk anak-anak biarlah untuk ikut terlebih dahulu, takutnya siapa tahu nanti anaknya bosan. Tapi kalau terlihat minatnya nah, itu bisa segera mendaftar," kata Totok.

Di Sobokartti Totok hanya mematok limapuluh ribu dalam delapan kali pertemuan, nilai itu termasuk kecil jika dibandingkan dengan sanggar tari pada umumnya.

"Mentor-menor tarinya sendiri dari Sobokartti, atau dulu murid-murid dari Sobokartti sendiri," ucap Totok.

Saat ini Sobokartti mempunyai enam pelatih yang rata-rata adalah perempuan. Terkadang Totok juga dibantu oleh para alumni Sobokartti.

"Kan ada murid sini yang kuliah di Jogja, di ISI (Institut Seni Indonesia), ayok kesini tularin ilmunya buat adek-adek", kata Totok.

Dengan sangat aktifnya sanggar tari Sobokartti, hal tersebut membuat mereka sering mendapat panggilan-panggilan untuk pentas.

"Yang paling sering itu di Balai kota Semarang dan acara wedding," kata Totok.

Laporan: Dedi/Semarang