Tak Berkategori

Sampai Juli, BMKG Perkirakan Kalimantan Selatan Aman dari Karhutla

apahabar.com, BANJARBARU – BMKG Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin belum melihat adanya potensi kebakaran hutan dan…

ILUSTRASI Kebakaran hutan terdahsyat di Amerika tepatnya di kawasan California. Foto-Dunia Tenpo.co

apahabar.com, BANJARBARU - BMKG Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin belum melihat adanya potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan Selatan, paling tidak sampai dengan Juli 2019 mendatang.

Prakirawan BMKG Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor Banjarmasin, Saimul Qadri menyatakan Februari ini masih masuk dalam musim penghujan.

Curah hujan diakuinya memang menurun, dibanding sebelumnya. Lebih sering panas di beberapa daerah, dibanding hujan.

"Tapi turunnya sedikit (curah hujan)," ujarnya kepada apahabar.com, Jumat (22/2) siang.

“Tapi, kami perkirakan masih aman dari kebakaran lahan dan hutan," sambungnya lagi.

Musim penghujan, kata dia, masih akan berlanjut sampai beberapa bulan ke depan. Di Kalsel, BMKG memperkirakan musim kemarau baru akan terjadi antara Juli atau Agustus 2019.

“Di bagian selatan barat Kalsel masih sering terjadi hujan lokal. Untuk bagian Utara dan Timur di wilayah pesisir pantai. Walaupun intensitasnya rendah, juga masih terjadi hujan,” tegasnya.

Baca Juga:BMKG: Kalimantan Waspada Kebakaran Hutan dan Lahan

Sebelumnya, Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menjelaskan selama sepuluh hari kedua pada Februari 2019, wilayah subsiden/kering mendominasi wilayah Indonesia hingga sepuluh hari terakhir di Februari 2019. Itu ditengarai sebagai MJO (Madden Julian Oscillation/massa udara basah) fase kering.

Kondisi ini, tambahnya, akan menyebabkan proses konvektif (penguapan) dan pembentukan awan hujan terhambat.

"Kondisi kurang hujan di wilayah-wilayah tersebut didukung oleh kondisi troposfer bagian tengah yang didominasi kelembaban udara yang relatif rendah. Ini sesuai dengan peta prediksi spasial anomali radiasi balik matahari gelombang panjang (OLR)," ujarnya dalam siaran pers, Jumat 22 Februari 2019.

Dampak dari kemarau pertama adanya peningkatan jumlah titik api (hotspot) pada dua pekan terakhir ini di sejumlah wilayah.

Sebagaimana terpantau oleh BMKG, daerah yang cukup signifikan berada di Riau, 80 titik dari 24 titik pada pekan sebelumnya, dan Kalimantan Timur, 7 titik.

Dari pengamatan Stasiun Klimatologi Tambang, Riau, kondisi curah hujan bawah normal terdeteksi di wilayah pesisir timur telah berlangsung sejak awal Februari 2019.

Herizal menambahkan kondisi kering ini akan berpotensi memudahkan terjadinya hotspot yang dapat memicu Karhutla, yang akhirnya dapat menimbulkan asap dan penurunan kualitas udara.

Penulis: Zepi Al Ayubi
Editor: Fariz Fadhillah