Sampai Akhir 2020, Jembatan Jejangkit-Sungai Tabuk Tak Kunjung Diperbaiki

apahabar.com, MARABAHAN – Kendati sudah menjadi jalur alternatif yang ramai digunakan, jembatan penghubung Jejangkit dan Sungai…

Sebuah mobil melintas di jembatan lama yang menghubungkan Jejangkit dengan Sungai Tabuk. Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Kendati sudah menjadi jalur alternatif yang ramai digunakan, jembatan penghubung Jejangkit dan Sungai Tabuk tampaknya belum segera ditingkatkan.

Jembatan tersebut merupakan salah satu fasilitas pendukung pelaksanaan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2018 di Jejangkit.

Pasca pelaksanaan HPS, jalur itu menjadi akses alternatif warga, baik dari Martapura dan maupun Marabahan.

Dalam kondisi normal, waktu tempuh dari Marabahan menuju Martapura atau sebaliknya hanya sekitar 1 jam, lantaran kondisi jalan sudah 95 persen aspal.

Ketika Haul Guru Sekumpul, jalur HPS berhasil memecah kepadatan lalu lintas jalan protokol, terutama pengendara sepeda motor dan mobil-mobil kecil.

Seiring peningkatan intensitas lalu lintas, kondisi dua jembatan kayu ulin yang menghubungkan Jejangkit dengan Sungai Tabuk juga terpengaruh.

Kondisi jembatan lama yang menjorok ke perbatasan, sudah cukup mengkhawatirkan. Beberapa papan lantai sudah patah dan cuma ditambal kayu seadanya.

Pengendara sepeda motor mesti berhati-hati, agar ban tidak masuk di sela-sela papan. Sementara kontur jembatan juga bergelombang, karena mulai tidak kuat menahan beban.

Sedangkan kondisi jembatan baru terbilang masih bagus. Namun satu papan lantai jembatan sudah patah. Oleh warga sekitar, lubang itu kemudian ditambal.

Walau demikian, Pemprov Kalimantan Selatan belum segera melakukan perbaikan maupun peningkatan jembatan. Terdapat sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan.

“Memang jembatan dan jalan di Jejangkit termasuk rencana strategis provinsi. Artinya aset dimiliki bersama antara provinsi dan kabupaten,” sahut Kabid Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalsel, Yasin Toyib, awal pekan tadi.

“Namun kami belum berencana membangun jembatan. Pertimbangannya antara lain ketersediaan anggaran dan luas jalan yang masih 4,5 meter,” imbuhnya.

Mengingat luas yang setara jalan desa, pelebaran jembatan dikhawatirkan memancing kepadatan lalu lintas di kawasan tersebut.

“Untuk sementara proyek-proyek di Jejangkit masih bersifat pemeliharaan, baik dari provinsi maupun kabupaten. Sesuai komitmen awal, perbaikan dan pengaspalan merupakan tanggung jawab provinsi,” beber Yasin.

“Itu termasuk jalan yang belum diaspal sepanjang sekitar 4 kilometer di Jejangkit. Kami berharap anggaran juga tersedia dan di akhir 2021 semua sudah diaspal,” tandasnya.