Kalsel

Salah Satu Penopang Padi Kalsel, Alsintan di Batola Masih Terbatas

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun menjadi salah satu penopang pangan Kalimantan Selatan, Barito Kuala masih bergelut dengan…

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyimak paparan tentang optimalisasi lahan rawa di Desa Anjir Muara Lama, Senin (31/8). Foto-apahabar.com/Bastian Alkaf

apahabar.com, MARABAHAN – Sekalipun menjadi salah satu penopang pangan Kalimantan Selatan, Barito Kuala masih bergelut dengan keterbatasan Alat Mesin Pertanian (Alsintan).

Batola tercatat memiliki lahan sawah 71.664 hektar dan salah satu kawasan yang terluas di Kalimantan Selatan. Sementara lahan tegalan yang tersedia mencapai 13.000 hektar.

Namun lahan seluas itu belum ditopang ketersediaan Alsintan. Keterbatasan anggaran menjadi penyebab utama.

“Alsintan jenis combine harvester milik sendiri yang tersedia di Batola baru 14 unit,” papar Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Batola, Murniati, Selasa (1/9).

“Sedangkan sisanya diperoleh melalui menyewa dari Sulawesi Selatan, seperti yang dilakukan Gapoktan Harapan Maju di Kecamatan Anjir Pasar,” imbuhnya.

Adapun dana sewa bukan bantuan dari pemerintah, baik kabupaten, provinsi maupun pusat. Semuanya murni dari masyarakat, terutama dana yang dikelola Gapoktan.

Mekanisasi pertanian sendiri terbilang efektif. Traktor roda empat atau TR4 dihitung mampu mengolah lahan seluas 20 hektar per hari. Sedangkan combine dapat memanen 120 hektar per bulan.

“Sementara pengadaan juga terbatas, hanya 3 unit per tahun. Makanya Batola cuma punya 5 mesin traktor TR4, termasuk 2 bantuan yang baru diserahkan Menteri Pertanian,” jelas Murniati.

“Kalau mengharapkan anggaran kabupaten, dibutuhkan 25 tahun untuk memenuhi kebutuhan 71.664 hektar lahan sawah,” sambungnya.

Pengadaan semakin terbatas, mengingat anggaran juga direlokasi selama pandemi Covid-19. Bahkan sampai 2021, tidak terdapat penganggaran pembelian mesin baru.

“Kendati demikian, pembiayaan untuk petani sudah difasilitasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga 6 persen. Juga tersedia Asuransi Usaha Tanaman Pangan (AUTP) yang dapat menutupi kerugian akibat gagal panen,” tukas Murniati.

Terlepas dari keterbatasan mekanisasi, optimalisasi lahan yang diprogramkan Kementerian Pertanian di Batola, memperlihatkan hasil positif.

Optimalisasi itu antara lain meliputi normalisasi saluran irigasi, pembangunan jembatan untuk transportasi peralatan, pintu air dan gorong-gorong, serta pengolahan tanah.

“Contohnya adalah lahan Gapoktan Harapan Maju yang sudah dioptimalisasi seluas 350 hektar. Diperoleh 2,5 ton per hektar padi lokal dan 7 ton per hektar padi unggul,” tandas Murniati.

Editor: Syarif