Perdagangan Rupiah

Rupiah Menguat Seiring Melemahnya Data Ekonomi AS

Rupiah ditutup naik 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.075 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.104 per dolar AS.

Rupiah ditutup naik 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.075 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.104 per dolar AS. Foto: ANTARA

apahabar.com, JAKARTA - Rupiah ditutup menguat 29 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp15.075 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.104 per dolar AS.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore ditutup menguat seiring melemahnya data ekonomi Amerika Serikat (AS).

"Dengan melemahnya data ekonomi AS yang dirilis pekan ini, yang memicu ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih longgar, rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat (20/1).

Ariston menuturkan data survei aktivitas manufaktur di area Philadelphia, Amerika Serikat untuk Januari 2023 menunjukkan penurunan. Sebelumnya data survei aktivitas manufaktur di wilayah New York untuk bulan yang sama juga menunjukkan penurunan.

Baca Juga: Rupiah Menguat Seiring Naiknya Inflasi di China

Data penjualan ritel AS pada Desember 2022 menunjukkan pertumbuhan negatif dibandingkan November 2022. Data inflasi produsen AS pada Desember memperlihatkan kenaikan yang lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.

Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah hari ini adalah kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) alias BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen yang diumumkan pada Kamis (19/1).

BI turut membantu menjaga kekuatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dengan memperlebar spread suku bunga acuannya terhadap suku bunga acuan the Fed.

Bank Indonesia meyakini kenaikan BI7DRR sebesar 225 basis poin secara akumulatif sejak Agustus 2022 hingga menjadi 5,75 persen pada saat ini memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester I-2023.

Baca Juga: Pemprov Kalsel Gelontorkan Miliaran Rupiah Bikin Film Datu Kalampayan

Kenaikan suku bunga acuan tersebut juga ditujukan untuk mendorong inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester II 2023.