Nasional

Rumit, Menteri Agus Ungkap Penyebab Industri Kesehatan Sulit Berkembang

apahabar.com, JAKARTA – Industri kesehatan di Indonesia dinilai sulit berkembang. Khususnya berkaitan alat kesehatan dan farmasi….

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. Foto-net

apahabar.com, JAKARTA – Industri kesehatan di Indonesia dinilai sulit berkembang. Khususnya berkaitan alat kesehatan dan farmasi.

Padahal, di sisi produksi, industri kesehatan lokal dianggap mampu memproduksi alat kesehatan dan obat-obatan. Namun, susah berkembang.

“Berkaitan dengan industri alat kesehatan dan pharmaceutical memang agak rumit. Ini bukan dari sisi produksinya, industri ini kita mampu,” ungkap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang dalam rapat kerja dengan Komisi VII dilansir detik.com, Rabu (8/9).

Industri alat kesehatan dan farmasi produknya sejauh ini cuma bisa dibeli oleh negara. Agus mengatakan industri kesehatan masih belum bisa berharap ke pembeli swasta.

“Kata kunci pengembangan industri alat kesehatan dan pharmaceutical adalah negara harus beli. Kita tidak bisa, belum bisa, berharap ke swasta untuk beli hasil industri alat kesehatan dan farmasi,” ungkap Agus.

Nah komitmen pembelian oleh negara sendiri bukan menjadi tupoksi dari Kementerian Perindustrian. Menurut Agus, pihaknya berfokus untuk menyiapkan barang dan produksi saja.

“Jadi memang pengembangan ini kata kuncinya negara harus beli. Harus ada komitmen, dan itu bukan di perindustrian. Kami siapkan barangnya aja produksinya aja,” kata Agus.

Agus mencontohkan soal alat kesehatan berupa ventilator. Selama ini ventilator tidak pernah diproduksi di Indonesia. Pemenuhan ventilator dilakukan secara impor.

Namun, di masa pandemi, saat ventilator menjadi kebutuhan di banyak rumah sakit baru lah industri lokal membuat ventilator dan memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan kepastian pembelian alat tersebut oleh banyak rumah sakit.

“Contoh aja ventilator, masa semenjak kita dijajah sampai tahun lalu nggak ada satupun industri yang produksi ventilator. Padahal kita kan mampu,” ungkap Agus.

Bahkan, saat ini kebutuhan ventilator sudah banyak disuplai produk dalam negeri. Utamanya, ventilator yang digunakan untuk ruangan UGD dengan tingkat yang rendah.

“Ventilator dengan grade rendah di ruangan emergency sudah disuplai industri dalam negeri, sebelumnya itu totally 100% itu impor,” papar Agus.