Rights Issue 2 BUMN, Erick Thohir: Jangan Bergantung Hutang!

Erick Thohir ungkapkan aksi korporasi dalam bentuk rights issue dimaksudkan untuk menjaga permodalan BUMN supaya tidak bergantung terlalu besar kepada hutang

Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Kementerian BUMN)

apahabar.com, JAKARTA – Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan aksi korporasi dalam bentuk right issue dimaksudkan untuk menjaga permodalan BUMN supaya tidak bergantung terlalu besar kepada hutang.

“Jangan dibilang utang lagi yang namanya aksi korporasi kan macam-macam, apakah dengan menambah modal dari peran pemerintah, aksi korporasi pasar, dan kemitraan strategis,” ucapnya melalui keterangan tertulis di Jakarta, dikutip Jumat (30/12).

Dua BUMN yang yang melakukan right issue yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI dengan kode saham BRIS dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dengan kode SMGR.

Bauran pengelolaan keuangan BUMN itu telah membawa perusahaan negara tersebut semakin sehat secara keseluruhan.

“Dengan menurunkan hutang BUMN dari 38 persen menjadi 34 persen, membuat rata-rata BUMN kini memiliki postur keuangan 60 persen dari modal dan sisanya dari hutang,” imbuhnya.

Baca Juga: BUMN ID Food, Cara Baru Menteri Erick Jaga Ketersediaan Pangan

Dirinya sudah membuktikan profitabilitas BUMN dari Rp124,7 triliun, mengalami peningkatan pada tahun lalu menjadi Rp155 triliun.

“Kontribusi kita melalui dividen juga naik pada saat Covid-19, lebih tinggi Rp68 triliun menjadi Rp1.198 triliun. Jika dibanding 3 tahun sebelumnya Rp1.130 triliun,” ujarnya.

Erick menegaskan pihaknya tidak sembarangan dalam memberikan lampu hijau kepada BUMN yang ingin melakukan rights issue. Penambahan modal hanya ditujukan bagi BUMN dengan industri yang dirasa memiliki prospek dan potensi baik ke depan.

“Jangan hanya tambah modal tetapi sunset industry. Perkuat modal karena memang ada investasi baru yang menjanjikan dan bukan hanya membuat proyek,” sambungnya.

Baca Juga: Bantu Gerakan Ekonomi Nasional, Erick Minta BUMN Ciptakan Lapangan Kerja

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan aksi korporasi ini berhasil meningkatkan free float sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu juga menunjukan kepercayaan investor yang semakin kuat terhadap kinerja fundamental perseroan.

Right issue BSI dikabarkan dilakukan pada 26 Desember 2022, dan pada pelaksanaanya tersebut mengalami kelebihan permintaan sebanyak 1,4 kali.

“Alhamdulillah, rights issue yang kami lakukan berjalan lancar dan penyerapan saham oleh investor institusi baik domestik maupun asing serta publik sangat baik,” jelasnya.

Bank Mandiri selaku pemilik 50,83 persen saham perseroan melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Sementara PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI yang memiliki 24,85 persen sahan BRIS juga telah melaksanakan sebagian HMETD atau 500 juta saham.

“Proses rights issue ini menuju tahap akhir dan harapannya dapat memperkuat struktur permodalan dengan tingkat CAR sekitar 20 persen. Sehingga selain setingkat dengan rata-rata industri perbankan juga dapat menopang pertumbuhan pembiayaan dan layanan keuangan syariah yang semakin tumbuh pesat,” tuturnya.

Diketahui jumlah saham baru yang akan diterbitkan adalah sekitar 4.999.952.795 saham atau sebesar 10,84 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseoran. Harga pelaksanaan ialah Rp1.000 untuk setiap lembar saham.

“Sehingga jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rangka PMHMETD I ini sebanyak banyaknya sebesar Rp5 triliun,” paparnya.

Baca Juga: Bank BUMN Ini Tingkatkan Literasi Keuangan Digital Bagi Pelaku UMKM

Corporate Secretary SIG Vita Mahreyni menyampaikan penyerapan right issue untuk porsi publik yang mencapai 93,68 persen hingga periode terakhir transaksi menunjukan tingginya minat dan partisipasi pemegang saham terhadap SIG.

“SIG akan selalu berupaya mencatatkan kinerja positif sebagai bentuk tanggung jawab serta komitmen perusahaan untuk memberikan nilai tambah kepada pemegang saham,” pungkasnya.

SIG sukses melakukan rights issue dengan total pemesanan mencapa 96,9 persen dari keseluruhan transaksi pada 28 Desember 2022. Aksi korporasi ini menjadi salah satu langkah strategis yang dilakukan SIG untuk mendukung kinerja perusahaan terutama untuk program ESG dan pengembangan bisnis.