Kalsel

Ribuan Warga Terdampak Banjir Mengungsi di Masjid Al-Karomah Martapura

apahabar.com, MARTAPURA – Masjid Agung Al-Karomah Martapura dijadikan salah satu tempat pengungsian warga terdampak banjir. Setidaknya…

Sekelompok kawanan santriwati Ponpes Darussalam Martapura mengungsi akibat banjir, di Masjid Al-Karomah Martapura, Minggu (17/1) malam. Foto-apahabar.com/Hendra Lianor

apahabar.com, MARTAPURA – Masjid Agung Al-Karomah Martapura dijadikan salah satu tempat pengungsian warga terdampak banjir.

Setidaknya diperkirakan ada kurang lebih 3.000 pengungsi yang memenuhi pelataran dan lantai 2 masjid terbesar di Kalsel ini.

Sedianya Masjid Al-Karomah Martapura ini sudah ditempati para pengungsi sejak Rabu (13/3) atau 5 hari lalu.

Para pengungsi dari berbagai kalangan, dari santri Ponpes Darussalam, anak-anak hingga lansia. Rata-rata tempat tinggal mereka tak jauh dari masjid.

Syafrudin, warga Murung Keraton, Martapura mengatakan ia sudah 5 hari tidur di masjid Al-Karomah.

“Banjir di dalam rumah ketinggiannya sudah sampai dada. Mau tidak mau harus mengungsi,” ujarnya kepada apahabar.com, Minggu (17/1) malam.

Ia mengungsi bersama istri dan dua anaknya. Ia memperkirakan, saat ini jumlah pengungsi sekitar 3.000 orang.

Ketersediaan konsumsi selama mengungsi ia menyebut tidak kekurangan, selalu ada yang petugas atau relawan yang mengantar.

Sementara itu, Gina (17) seorang santriwari Ponpes Darussalam yang merupakan warga Handil Bakti Banjarmasin, juga memilih mengungsi di Masjid Al-Karomah Martapura.

Rumah sewaannya di Desa Pekauman terendam banjir, mencapai pinggang orang dewasa.

Ia mengaku lebih memilih tidur di Masjid Al-Karomah bersama teman-temannya ketimbang pulang ke Banjarmasin.

Alasannya, tidak mau merepotkan orang tua. “Di rumah juga banjir. Tidak mau merepotkan kalau dijemput pulang,” ujarnya.

Beda lagi dengan santriwati lainnya, Nuriah, warga Kurau, Kabupaten Tanah Laut. Asrama yang ia tempati tidak kena banjir karena berada di dataran tinggi.

Hanya saja ia memilih mengungsi di Masjid Al-Karomah lantaran listrik padam dalam beberapa hari ini. Alhasil, ia tidak bisa mandi, wudu, dan lainnya.

“Kalau di masjid listrik lancar, mandi juga enak,” ungkapnya.

Sebagian warga terdampak banjir juga menempati lantai 2 Pasar Batuah Martapura. Namun di sini hanya beberapa kepala keluarga saja yang menempati, seperti Rahmawati, warga Murung Keraton.

Ia mengaku lebih memilih tidur di atas pasar, karena kondisinya lebih tenang ketimbang di Masjid Al-Karomah.

Ia menuturkan, banjir kali ini adalah yang paling besar selama yang pernah dialami. Bahkan mengalahkan banjir tahun 2006 silam.

“Kalau 2006 lalu tidak sampai mengungsi seperti ini. Air dalam rumah hanya sampai pinggang. Kalau sekarang habis kepala tenggelam,” tandas Rahmawati.

Suasana pengungsi warga terdampak banjir di Masjid Al-Karomah Martapura, Minggu (17/1) malam. Foto-apahabar.com/Hendra Lianor