Pemprov Kalsel

Ribuan Bibit Cabai dan Tomat Dibagikan untuk Kendalikan Inflasi Banua

PPPK, ASN dan tenaga kontrak lingkup Pemprov Kalsel diberikan ribuan bibit cabai dan tomat demi mengendalikan inflasi Banua, Senin (24/10).

Ribuan bibit dibagikan demi mengendalikan inflasi Banua. Foto-Adpimprov Kalsel.

apahabar.com, BANJARBARU - PPPK, ASN dan tenaga kontrak lingkup Pemprov Kalsel diberikan ribuan bibit cabai dan tomat demi mengendalikan inflasi Banua, Senin (24/10).

"Bibit ini hasil dari pertanian," ujar Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor atau Paman Birin.

Paman Birin meminta ASN dan tenaga kontrak di lingkup Pemprov Kalsel turut berpartisipasi menanam cabai di pekarangan rumah masing-masing dalam upaya pencegahan inflasi.

Tak hanya menanam cabai di rumah masing-masing, SKPD lingkup pemprov juga diminta sebagai pelopor menanam dan nantinya dilombakan.

"Alhamdulillah, hari ini diserahkan ribuan bibit kepada ASN dan tenaga kontrak. Mereka juga harus menjadi pelopor menanam," kata Paman Birin.

Ada sepuluh ribu bibit cabai dan tomat yang dibagikan dalam apel pagi tadi.

Selain menyerahkan puluhan ribu bibit, Paman Birin juga menyerahkan bantuan sosial paket sembako kepada warga masyarakat.

Sekdaprov Kalsel, Roy Rizali Anwar menyampaikan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan inflasi di daerah.

Sementara, Mendagri Tito Karnavian mengungkapkan, ekonomi Indonesia tumbuh relatif cukup baik. Namun kata dia, ada hal yang perlu diwaspadai, yaitu ketidakmampuan negara-negara lain menjaga ekonominya yang bisa berdampak ke Indonesia.

"Karena Indonesia merupakan bagian dari sistem globalisasi ekonomi," tuturnya.

Dijelaskan, ditambah perang Rusia dan Ukraina yang berdampak terhadap perekonomian. Inflasi Rusia ke Ukraina menyebabkan ekonomi global mengalami efek dari pertumbuhan yang lebih lambat dan inflasi yang lebih cepat.

Dampak tersebut akan mengalir ketika saluran utama antara lain harga komoditas yang lebih tinggi.

"Ekonomi dan perdagangan akan terganggu serta berkurangnya kepercayaan bisnis dan ketidakpastian,” tutup Tito.