Revolusi Hijau Kurangi Lahan Kritis di Kalsel

Program revolusi hijau terus digencarkan demi mengurangi lahan kritis.

Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Fatimatuzzahra (tengah). Foto-apahabar.com/Hasan

apahabar.com, BANJARBARU - Program revolusi hijau terus digencarkan demi mengurangi lahan kritis di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Sosialisasinya pun merembah pelosok desa di Kalsel. Revolusi hijau ini melibatkan 153 camat, 144 lurah dan 1.872 pambakal yang ada di Banua.

Para camat, lurah dan pambakal ini lah yang membumikan gerakan revolusi hijau," papar Kadishut Kalsel, Fatimatuzzahra atau Aya, Kamis (13/4/2023).

Untuk menginventalisir potensi lahan per desa atau per kelurahan, sasaran penanaman 5 tahun ke depan serta menginventalisir keperluan bibit di tiap desa.

Ketersediaan data potensi dan keperluan bibit tiap desa selama 5 tahun ke depan akan dijadikan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan revolusi hijau.

Program yang dicanangkan Gubernur Kalsel, Paman Birin ini terbukti mengurangi lahan kritis di Banua.

Lahan kritis Kalsel pada 2013 seluas 642.580 Ha, kemudian berkurang di tahun 2018 dengan luasan 511.594 Ha.

"Kemudian berkurang lagi, di tahun 2022 dengan luasan 458.478 Ha. Ini bukti nyata gerakan revolusi hijau," kata Aya.

Aya bilang, hari ini juga dilakukan penandatanganan nota kesepahaman antara KPH lingkup Dinas Kehutanan Kalsel dengan camat, lurah serta pambakal untuk bersinergi dalam pelaksanaan gerakan revolusi hijau.

"Hal ini guna percepatan peningkatan tutupan lahan di Banua," katanya.