Kalsel

Respons Dewan Masjid Soal Saf Rapat di Al-Jihad Banjarmasin

apahabar.com, BANJARMASIN – Masjid Al-Jihad mulai menghapus aturan jaga jarak atau social distancing. Stiker atau tanda…

Jemaah di Masjid Al-Jihad Banjarmasin kembali merapatkan saf salat. Foto-apahabar.com/Riki

apahabar.com, BANJARMASIN – Masjid Al-Jihad mulai menghapus aturan jaga jarak atau social distancing. Stiker atau tanda physical distancing telah dilepas.

Belakangan, keputusan tersebut memantik respons Dewan Pengurus Daerah (DPD) Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kalsel.

Wakil Ketua I DMI Kalsel, Ilham Masykuri mengaku belum mendapat instruksi secara resmi dari DMI pusat untuk merapatkan saf di masjid.

Namun begitu, dia menilai keputusan Al-Jihad untuk melepas tanda physical distancing terkesan buru-buru.

Dia mengingatkan bahwa saat ini Indonesia khususnya Kalsel masih dalam situasi pandemi.

“Belum sampai ke endemi,” ujarnya, Selasa (19/10).

Merapatkan saf sesuai sunah pada dasarnya adalah hak masing-masing pengurus.

“Tapi mengambil sikap itu terburu-buru menurut saya," ucapnya.

Menurutnya, pelaksanaan ibadah mesti dibarengi dengan berbagai pertimbangan kondisi.

"Kalau memang kita belum bebas sama sekali dari pandemi, menurut saya protokol itu (jaga jarak saf) masih tetap berlaku," ujarnya.

Toh, menurutnya bila memang masjid sudah terlanjur merapatkan saf, setidaknya jangan sampai abai protokol kesehatan lain. Minimal memakai masker.

Jangan sampai, kata dia, masjid yang merupakan tempat suci bakal menjadi klaster penularan virus corona.

"Kalau kita abai, maka akan terjadi gelombang ketiga. Jangan sampai kita seperti di India," tuntasnya.

Pertimbangan Al-Jihad

Setelah sekian lama, pengurus Masjid Al-Jihad Banjarmasin kembali merapatkan saf salat berjemaah. Stiker-stiker atau tanda pembatas jarak atau physical distancing dilepas pada Minggu malam (17/10).

"Kemarin waktu asar saya bertemu dengan pengurus dan mereka mengusulkan dengan sederet pertimbangan," ujar Pembina Takmir Masjid Al-Jihad, Taufik Hidayat dihubungi apahabar.com, Senin (18/10) pagi.

Alhasil, jemaah terpantau sudah mulai merapatkan saf perdana mereka saat salat bersama Senin subuh tadi.

"Merapatkan dan meluruskan saf dalam salat berjemaah sebagai bagian dari sunah," terangnya.

Kendati begitu, Taufik meminta jemaah tetap menggunakan masker dan rutin mencuci tangan mengingat pandemi belum berakhir.

Keputusan utama untuk kembali merapatkan saf, kata Taufik, berdasar dari banyaknya permintaan jemaah.

"Kami juga melihat kondisi di Mekah dan Madinah yang mulai kemarin tidak ada lagi pembatasan jarak saf," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga mengamati situasi rumah sakit di Banjarmasin yang kini tidak ada lagi merawat pasien Covid-19.

Dan pemerintah yang mulai mengizinkan aktivitas warga, termasuk izin acara-acara yang mengumpulkan orang banyak.

"Sejak awal Oktober ini, tidak ada lagi jenazah Covid-19 yang disalatkan sejak awal Oktober.

"Dalam Oktober ini tidak ada lagi jenazah pasien Covid-19 yang disalatkan," ujarnya.

Kondisi demikian kontras dengan sebelumnya. Sampai September kemarin, Al-Jihad menjadi salah satu masjid tersibuk yang tiap harinya menyalatkan jenazah Covid-19.

Informasi tambahan, sejak Januari hingga Agustus 2021, masjid berusia 52 tahun ini sudah menyalatkan sebanyak 970 jenazah. Jumlah yang jauh lebih banyak dari tahun sebelumnya yakni 515 jenazah.

Penerapan protokol kesehatan ketat di Masjid Al Jihad Banjarmasin diberlakukan sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB), Mei 2020.

Saat adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), masjid di Jalan Cempaka itu juga masuk dalam rumah ibadah percontohan penerapan ibadah sesuai Prokes.

Dimintai pendapatnya, anggota tim pakar Covid-19, Universitas Lambung Mangkurat, Hidayatullah Muttaqin meminta masyarakat tetap waspada mengingat pandemi belum berakhir.

"Tetap prokes, kasus memang sudah sangat menurun tetapi jika kita lalai, penularan bisa meningkat kembali," ujar Taqin, dihubungi terpisah.