Nasional

Resesi di Depan Mata, Pemerintah Diminta Kontrol Harga Pangan

apahabar.com, JAKARTA – Indonesia diprediksi akan mengalami resesi pada kuartal ketiga 2020. Ketua Bidang Infokom DPP…

Ilustrasi pedagang pasar tradisional. Foto-Bisnis.com

apahabar.com, JAKARTA – Indonesia diprediksi akan mengalami resesi pada kuartal ketiga 2020.

Ketua Bidang Infokom DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Reynaldi Sarijowan, meminta pemerintah untuk merespons cepat dengan mengontrol harga pangan agar tak terjadi kenaikan.

“Kami mewarning agar pemerintah hati-hati dalam harga pangan. Ini musim hujan sudah mulai, kondisi ekonomi sulit. Harus ada strategi untuk menjaga kondisi ekonomi, karena sangat berpengaruh pada produksi pangan,” ujarnya, Jumat (25/9).

Jika harga pangan tak dikontrol oleh pemerintah, dia memprediksi sektor ekonomi akan semakin lesu.

“Ekonomi lesu maka daya beli menurun dan berpengaruh pada permintaan masyarakat, kemudian petani enggan untuk menanam. Akhirnya harga pangan meningkat besar-besaran,” ujarnya.

Dia berharap kenaikan harga pangan tak terjadi saat resesi nanti. Oleh sebab itu, diperlukan peran serta dari pemerintah untuk melakukan pengawasan aga harga pangan tetap stabil.

“Kami berharap pemerintah terus berupaya agar pangan tetap aman dan terjaga. Tak hanya itu dia juga berharap agar pemerintah tetap menyalurkan stimulus kepada masyarakat,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengingatkan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020 akan minus 1,1 persen hingga 2,9 persen.

Sementara pertumbuhan ekonomi Tanah Air di tengah pandemi virus corona hingga akhir tahun akan berada di kisaran minus 1,7 persen hingga 0,6 persen.

Pandemi virus corona berdampak besar pada sektor ekonomi, di mana sejumlah negara pun mengalami resesi.

Resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dan berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, tingkat pengangguran meningkat, penjualan ritel turun, serta ukuran pendapatan dan manufaktur menyusut dalam jangka waktu yang lama.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menjelaskan secara teoritis suatu negara dikatakan resesi jika pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut berada di nilai minus.

Indikator lain suatu negara mengalami resesi ada pada inflasi dan nilai kurs rupiah.(oke)

Editor: Puja Mandela