BPJS Kesehatan Barabai

Rela Pensiunan Almarhum Dipotong, Mursinah: Demi Kesehatan

apahabar.com, BARABAI – Tekad Mursinah (53) menjadi peserta JKN-KIS amat kuat. Terlebih pasca ‘ditinggal’ sang suami….

Mursinah dan KIS-nya. Foto-Reza for apahabar.com

apahabar.com, BARABAI – Tekad Mursinah (53) menjadi peserta JKN-KIS amat kuat. Terlebih pasca ‘ditinggal’ sang suami. Sebagai ahli waris pensiuanan suami, dia rela uang peninggalan itu dipotong tiap bulannya untuk iuran program BPJS Kesehatan melalui KIS.

“Ini yang membuat saya merasa tenang dan tentram menjalani kehidupan selama ini,” ujar Mursinah, Rabu (23/4).

Walau sang suami telah tiada, wanita paruh baya yang sehari-hari bekerja di daerah Bukat Kecamatan Barabai, Hulu Sungai Tengah (HST) ini tak khawatir dengan penyakit yang biasa menyerang wanita seumurannya.

“Itulah artinya ketentraman, terlahir sebagaimana menjalani hari-hari tanpa khawatir akan penyakit yang tiap kali mengintai, tak kenal rentang waktu dan usia,” terang Mursinah.

Awalnya ketika sang suami masih ada, cerita Mursinah, sama sekali tidak mengetahui adanya program strategis dari BPJS Kesehatan yakni, JKN.

Beberapa bulan bekerja di Bukat sebagai ART, Mursinah mendapat informasi dari majikannya.

“Saya sering berinteraksi dengan majikan dan tersadar beberapa hal dalam kehidupan. Kita perlu jaminan kesehatan dan ini wajib dimiliki,” aku Mursinah.

Saat itulah akhirnya, Mursinah mengajak suami untuk mendaftarkan anggota keluarganya sebagai peserta JKN dan mendapat Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Belum benar-benar dipakai atau kurang lebih setengah bulan memiliki KIS, kabar duka menghampiri dirinya. Sang suami dipanggil sang pencipta.

Mursinah ingat betul, sang suami belum sempat menggunakan KIS-nya. Padahal saat itu sang suami pernah sakit ringan.

"Pas setengah bulan dapat kartunya, saya ingat betul suami saya nggak ada dan belum sempat memakai kartunya. Meskipun saat itu ada keinginan untuk menggunakan," kata dia sembari mengingat sang mendiang.

Bahkan anaknya pun belum pernah memanfaatkan kartu hijau tersebut. Dia bersyukur hingga saat ini masih diberikan kesehatan walau tanpa dampingan sang suami dan masih bisa mencari nafkah untuk menyambung hidupnya.

Walaupun belum pernah dipakai sama sekali, Mursinah lebih memilih untuk membayar iuran setiap bulannya.

“Karena amarhum suami saya mantan pegawai Depag. Jadi pembayaran melalui potongan pensiunan itu, mungkin ini juga yang diharapkan almarhum, memanfaatkannya untuk kesehatan," terang Mursinah.

Terlebih saat pandemi Corona atau Covid 19 melanda, Mursinah tentu harus waspada.

"Alhamdulillah saat wabah melanda seperti ini, saya masih bisa diberi kesehatan, bisa kerja, dan suatu saat kalau sakit ada yang menjamin, KIS," tutur Mursinah.

Terpikir dibenak Mursinah, sesuatu hal yang ia keluarkan (iuran) untuk program sosial itu mulia. Manfaatnya tidak hanya dirasakan dia atau keluarganya saja tetapi orang banyak.

"Suatu saat KIS pasti berguna bagi keluarga saya, dan jika saya saya sehat terus, maka sehat itu tak sebanding dengan iuran saya," tutup Mursinah.

Reporter: HN Lazuardi
Editor: Muhammad Bulkini