Ratusan Jukung Semarakkan Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2025

Pelestarian pasar terapung perlu terus dilakukan melalui festival dan menjaga sistem transaksi tradisional seperti barter sebagai ciri khas budaya sungai.

KEMERIAHAN Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2025 di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Minggu (9/11/2025).(Foto: banjarkab.go.id)

bakabar.com, MARTAPURA - Sungai Martapura berubah menjadi lautan jukung saat Festival Pasar Terapung Lok Baintan 2025 digelar di Desa Lok Baintan, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabuaten Banjar, Minggu (9/11/2025). Tak kurang 500 jukung atau perahu tradisional khas banjar memenuhi aliran sungai, menampilkan pemandangan khas yang menjadi ikon budaya masyarakat Banjar.

Festival tahunan yang digelar Pemerintah Kabupaten Banjar melalui Disbudporapar ini dibuka dengan prosesi pemutaran tanggui dan pelepasan kembang api asap. Acara secara resmi dibuka Bupati Banjar H Saidi Mansyur melalui Pj Sekda H Ikhwansyah, serta turut dihadiri unsur Forkopimda, kepala SKPD, camat, pambakal, tokoh masyarakat dan tamu undangan.

Dalam sambutannya, Ikhwansyah menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar tontonan, tetapi bagian penting dari pelestarian budaya sungai yang telah hidup secara turun-temurun di Banua. Pasar terapung, ujarnya, merepresentasikan kehidupan masyarakat sungai, nilai kebersamaan, serta ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal.

“Kita patut berbangga karena Pasar Terapung Lok Baintan telah menjadi bagian dari Geopark Meratus, destinasi berkelas dunia berbasis alam dan budaya. Selain itu, pada 2015 pasar terapung ini juga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” katanya.

Ia berharap festival dapat memperkuat promosi pariwisata Kabupaten Banjar di tingkat nasional dan internasional, serta memberikan dampak ekonomi bagi pelaku UMKM, perajin, dan masyarakat di sekitar kawasan wisata sungai. Ikhwansyah juga mengapresiasi seluruh pihak yang berperan dalam penyelenggaraan festival.

Sementara itu, Kepala Disbudporapar Banjar H Irwan Jaya menilai antusiasme pengunjung yang meningkat setiap tahun menjadi bukti kuat bahwa pasar terapung memiliki nilai historis sekaligus daya tarik wisata yang tinggi. Ia menyebut pasar terapung sebagai ekosistem ekonomi budaya yang harus terus dijaga.

Irwan merinci berbagai kegiatan yang digelar, antara lain lomba formasi jukung Banjar, balap jukung baanam, kuliner terapung, jukung hias tradisional, balap jukung acil Lok Baintan, panggung seni budaya, serta lomba fotografi dan videografi. Seluruhnya menjadi sarana menampilkan kreativitas masyarakat dalam menjaga identitas budaya.

“Selama dua hari pelaksanaan, jumlah pengunjung meningkat menjadi tiga hingga lima ribu orang dari sirkulasi perahu yang datang,” jelasnya, yang dilansir banjarkab.go.id.

Ia menambahkan, pelestarian pasar terapung perlu terus dilakukan melalui festival dan menjaga sistem transaksi tradisional seperti barter sebagai ciri khas budaya sungai. Festival tahun ini semakin menarik dengan kehadiran pedagang—kebanyakan ibu-ibu—berbusana sasirangan yang menawarkan beragam hasil kebun, sayuran, kue tradisional, hingga produk kerajinan.

Di akhir acara, panitia membagikan doorprize kepada para pedagang melalui sesi tanya jawab yang dipandu Pj Sekda bersama sejumlah pejabat, menutup festival dengan suasana meriah.(*)