Tak Berkategori

Rasulullah Mengutamakan Kelembutan Hati di Atas Kemarahannya

apahabar.com, BANJARMASIN – Rasulullah SAW disegani dan dihormati bukan karena menebar ketakutan, tapi karena menebar kasih…

Tuan Guru Bajang memberikan tausiah di peringatan haul Almarhumah HJ. Nurhayati. Foto : apahabar.com/randy

apahabar.com, BANJARMASIN - Rasulullah SAW disegani dan dihormati bukan karena menebar ketakutan, tapi karena menebar kasih sayang.

DR TGB Muhammad Zainul Majdi Lc MA mengawali tausiahnya dengan mengutip kata mutiara dari Arab, "Orang yang hebat, bukan orang yang dikatakan hebat oleh temannya. Tapi orang hebat adalah orang yang dikatakan hebat oleh musuhnya."

Musuh bukan berarti yang benci, lanjut Tuan Guru Bajang (TGB), tapi juga mereka yang di luar kelompok. Seperti golongan agama.

"Jika ada orang yang masih berkata, Rasulullah itu besar karena dipuji oleh umat Islam, seperti para ulama yang menulis kitab pujian kepada beliau. Maka, ketahuilah ada banyak orang di luar sana yang memuji Rasulullah SAW," ujarnya.

Salah satu di antaranya, Michael Hart yang setelah belasan tahun mengaji sejarah para pemimpin dunia, dari generasi ke generasi. Dia menempatkan nama Baginda Rasulullah SAW di peringkat pertama dari seratus tokoh besar dunia.

"Dia mengatakan: Nabi yang mulia, Muhammad SAW sebagai pemimpin terhebat sepanjang masa," ujarnya.

Baca Juga :Syekh Yasin Dan Abah Guru Sekumpul Mengetahui Waktu Kewafatan Sendiri

Halaman berikutnya,klik di sini

Nabi SAW mendapatkan tempat mulia itu bukan karena menebar ketakutan dan kekerasan jiwanya. Sebagaimana diriwayatkan tentang islamnya seorang tokoh yahudi bernama Zaid bin Sa'nah.

Zaid bin Sa'nah suatu ketika datang ke Masjid Nabi SAW. Kedatangannya langsung menyambar Rasul SAW dengan hujatan dan umpatan: Kalian Bani Muthalib, bila berutang tidak pernah bayar tepat waktu.

"Saat itu Rasul SAW memang berutang. Namun, belum jatuh tempo. Masih ada waktu untuk membayar, masih beberapa lagi. Namun si Yahudi tidak sabar untuk menagih utangnya."

Umpatan itu terus berlanjut hingga pada titik yang para sahabat tidak lagi bisa bersabar. Sayidina Umar bin Khattab RA meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menangani Zaid, yang telah berprilaku kurang ajar.

Oleh Rasulullah izin itu ditolak, "Wahai Umar saya dan dia membutuhkan nasehatmu. Saya membutuhkan nasehatmu untuk melunasi utang saya, dan orang ini membutuhkan nasehatmu untuk sabar agar sampai pada waktunya, dia datang untuk menagih utang.

Kami berdua tidak membutuhkan kekerasan hatimu Umar. Kami berdua membutuhkan nasehatmu untuk kebaikan kami berdua."

Baca Juga :TGB: Aku Ingin Masuk Ke Sana (Sekumpul) Dalam Keadaan Suci

Halaman berikutnya,klik di sini

Orang Yahudi itu pun beranjak pergi. Tak jauh dia berjalan, Sayidina Umar yang masih penasaran dengan prilaku orang itu, lantas menepuk pundaknya dan menanyakan motif orang itu.

Saya ini membaca kitab suci saya, dari semua tanda Nabi akhir zaman ada pada diri nabimu, semua tanda kenabian kecuali dua hal. Kemurahan dan kelembutan hatinya mendahului kemarahan dan murkanya, yang kedua semakin dikasari semakin keluar kelembutan hatinya.

Dan tadi ketika saya marah, saya menghardik dia, saya ingin membuktikan apakah dua ini ada pada diri Nabimu. Dan tadi saya saksikan kelembutan hatinya mendahului kemarahannya. Dan semakin kasar diperlakukan, semakin muncul kelembutan jiwanya. Maka saya bersaksi "Laa ilaaha illaallaah Muhammadurrasulullah."

Si Yahudi pun langsung dibawa Sayidina Umar ke hadapan Rasulullah SAW. Di sana dia menceritakan motif prilakunya sebelumnya.

"Di situlah para ulama menjelaskan, ini adalah salah satu bukti yang Allah SWT firmankan 'Fabima Rohmatimminallah lintalahum…" beber TGB.

Dengan rahmat dan kasih sayang, Islam tersebar ke seluruh dunia. Masuk ke hati-hati manusia yang sebelumnya tak mengenal agama. Dan menjadi agama yang paling tinggi pertumbuhannya sampai saat ini di seluruh dunia.

"Maka kalau dulu sebelum Rasul wafat, Allah menurunkan firmannya: Idzadza anasrullah wal fath (Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, red). Maka insya-Allah kita akan menyaksikan nasrullahu wal fath (pertolongan Allah dan kemenangan, red) pada masa ini dan akan datang. Kapan itu terjadi, kalau kita semua bisa meneladani kemurahan hati, kemaafan, dan kebesaran jiwa Rasulullah SAW," pungkas Tuan Guru Bajang.

Tausiah TGB tersebut disampaikan dalam peringatan Haul Almarhumah Hj Siti Nurhayati, istri Almarhum H Abdussamad Sulaiman HB, di kediaman keluarganya di Kampung Melayu Banjarmasin, Jumat 30/11 malam.

Baca Juga :Guru Wildan Ungkapkan Keprihatinan Kondisi Indonesia Pada Tuan Guru Bajang

Editor: Muhammad Bulkini