Ramai-Ramai Larang Lato-Lato, Antropolog: Sudah Tepat

Ahli Antropologi Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah mengungkapkan perlu ada pengawasan anak pada saat bermain lato-lato.

Ilustrasi lato-lato.

apahabar.com, JAKARTA – Dosen Antropologi Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah melihat perlu ada pengawasan pada anak saat bermain lato-lato.

“Ternyata banyak kreatifitas memainkan lato-lato, dengan mengayunkannya ke atas dan banyak lagi, yang tanpa sadar itu bisa meleset dan mengenai pada bagian tubuh,” ujarnya kepada apahabar.com, Kamis malam (12/1).

Di sisi lain, permainan tersebut bukan sesuatu yang dapat dilakukan lebih daripada satu orang, seperti catur dan badminton.

Selain itu, lato-lato juga tidak memerlukan ruang luas dan dapat dilakukan pada ruang kecil, seperti kamar anak-anak.

Baca Juga: Disdik Banjarmasin Larang Pelajar Bawa Lato-Lato ke Sekolah

“Hal itu menunjukan peluang bahaya karena mereka tidak bisa mengontrol dampak dari permainan itu, jika dilihat dari sisi banyak kejadian yang menimpa anak,” jelasnya.

Diketahui terdapat beberapa sekolah di berbagai wilayah menerapkan kebijakan untuk melarang murid membawa mainan lato-lato.

Larangan tersebit berkaitan dengan terjadinya beberapa kasus yang menyebabkan beberapa anak terluka saat bermain lato-lato.

Baca Juga: Riwayat Lato-lato dan Daftar Mainan Nostalgia

Lebih dari itu, permainan lato-lato dinilai dapat mengganggu konsentrasi belajar murid.

“Supaya mengantisipasi kejadian tersebut berulang meskipun mereka tidak dimainkan di sekolah, tapi dapat juga menghindari permainan itu,” kata Nasrullah.

Lata-lato, menurut Nasrullah, dapat lebih berdampak kepada anak-anak daripada gawai, yang saat ini sering menjadi permasalahan orang tua.

“Lato-lato peluang untuk menghindarkan anak supaya tidak bergantung pada gawai, tetapi juga memberikan bahaya yang lebih cepat kepada anak-anak,” ungkapnya.

Untuk itu, aturan pelarangan mainan lato-lato di sekolah merupakan suatu kebijakan yang dinilai sudah tepat.

“Saya kira secara kasus yang sudah terjadi, memang itu perlu diantisipasi, melalui aturan yang mencegah permainan itu dilakukan di sekolah,” pungkasnya.