Hot Borneo

Ramadan Sebentar Lagi, Harga Cabai di Kalsel Terus Melesat

apahabar.com, BANJARMASIN – Ramadan sebentar lagi, harga cabai di Kalimantan Selatan melesat kencang hingga mencapai Rp110…

Cuaca yang tidak menentu ikut mempengaruhi kenaikan harga cabai di Kalimantan Selatan. Foto: apahabar.com/Syaiful Riki

apahabar.com, BANJARMASIN – Ramadan sebentar lagi, harga cabai di Kalimantan Selatan melesat kencang hingga mencapai Rp110 ribu per kilogram.

Dilannsir laman resmi Dinas Perdagangan (Disdag) Kalsel per 27 Maret 2022, semua harga komoditas cabai mengalami kenaikan.

Seperti rawit tiung segar yang sudah menembus harga Rp68.500 dari sebelumnya Rp65.000 per kilogram. Kemudian rawit taji segar terkerek sekitar Rp2.800 atau menjadi Rp80 ribu per kilogram.

Harga tertinggi harus ditebus untuk memperoleh cabai rawit lokal segar yang dibanderol Rp110 ribu per kilogram atau naik Rp2.300.

Sementara cabe merah keriting segar seharga Rp58.800 per kilogram, naik sekitar Rp2.700. Terakhir cabai merah besar segar seharga Rp52.200 per kilogram.

Gejolak harga cabai sendiri sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini dipantik cuaca yang kurang bersahabat.

“Hujan yang masih sering trjadi, membuat beberapa daerah sentra tanaman cabai terendam banjir. Akibatnya tanaman mudah diserang hama pengganggu tanaman dan cepat membusuk,” papar Birhasani, Kepala Disdag Provinsi Kalsel.

Faktor lain yang mendorong kenaikan harga cabai adalah perubahan harga pupuk non subsidi dan obat-obatan tanaman lain, termasuk obat penyemprot gulma.

“Perubahan harga cabai bukan hanya terjadi di Kalsel, karena juga terjadi di provinsi lain,” tegas Birhasani.

“Diperkirakan kondisi ini berlangsung hingga bulan puasa, karena jarak tanah hingga panen cabai membutuhkan waktu sekitar empat bulan,” imbuhnya.

Guna menjaga agar harga cabai tidak semakin meroket, Disdag berusaha mengarahkan pedagang besar cabai dari Jawa dan Sulawesi untuk memasok ke Kalsel.

“Namun pasokan yang diminta juga tidak bisa terlalu banyak, mengingat mengingat cabai cepat busuk dan rusak," tegas Birhasani.

“Dalam situasi seperti sekarang, petani juga perlu pendampingan dari instansi terkait agar tanaman mereka terhindar dari gangguan hama,” pungkasnya.