Kalsel

PWNU Kalsel Sambut Gembira Terpilihnya Gus Yahya Sebagai Ketum PBNU

apahabar.com, BANJARMASIN – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (PWNU Kalsel) menyambut gembira dengan terpilihnya KH…

Ketua PWNU Kalsel, KH Hasib Salim bersama Pengurus Wilayah NU Kalsel. Foto-Istimewa

apahabar.com, BANJARMASIN – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan (PWNU Kalsel) menyambut gembira dengan terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Muktamar NU ke 34 di Lampung.

Ketua PWNU Kalsel, Dr KH Hasib Salim M AP mengungkapkan kesyukuran setelah Gus Yahya terpilih sebagai Ketum PBNU. Dia beralasan, visi misi yang dikedepankan Gus Yahya sesuai dengan yang diharapkan pihaknya.

“Kami (PWNU Kalsel) salah satu pendukung Gus Yahya sebagai Ketum Umum PBNU. Visi Misi yang dibawa Gus Yahya cocok dengan kita. Di antaranya mengutamakan pengkaderan dan NU berperan tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri,” ucap KH Hasib Salim, Senin (27/12).

Dengan terpilihnya Gus Yahya, lanjutnya, pihaknya berharap pembinaan bisa sampai ke wilayah-wilayah.

“Program-program NU juga bisa dilaksanakan di wilayah, khususnya Kalsel,” ujarnya.

Bentuk perhatian Gus Yahya dengan wilayah, terutama PWNU Kalimantan Selatan, dia berjanji akan mengunjungi Kalsel.

“Beliau berjanji akan ke Kalsel, kapan waktunya akan kami beri tahu nanti,” kata KH Hasib yang juga menjabat sebagai Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Selatan.

Untuk diketahui, Muktamar NU ke 34 di Lampung digelar dalam waktu yang cukup cepat dibandingkan dengan muktamar-muktamar sebelumnya. Hal ini, kata KH Hasib, dikarenakan Indonesia bahkan dunia masih dalam situasi pandemi Covid-19.

“Karena alasan pendemi Covid-19, sempat terjadi perubahan jadwal,” jelasnya.

Namun demikian, Muktamar ke 34 berjalan lancar dan aman. Sidang pun berjalan cepat dan tidak menemukan kendala yang berarti.

“Muktamar kali ini dari sisi pelaksanaan lancar, pemilihan berjalan sangat demokratis. Tensi sempat menghangat, tapi akhirnya reda. Karena semua peserta menginginkan kebaikan.”

Proses pemilihan Ketum PBNU terjadi dua kali pemilihan, karena suara KH Said Aqil Siradj lebih dari 50 persen pada pemilihan pertama. Namun, pada pemilihan lanjutan, Gus Yahya tetap unggul dengan selisih yang cukup besar.

“Kita bersyukur muktamar ini menghasilkan pemimpin terbaik, dengan cara yang demokratis,” tutup KH Hasib.