Tak Berkategori

Putin dan Biden Bicara Serius Soal Konflik Rusia-Ukraina

apahabar.com, JAKARTA – Setelah saling memberikan peringatan terkait konflik Rusia dan Ukraina, Presiden Amerika Serikat, Joe…

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden. Foto-AP.

apahabar.com, JAKARTA – Setelah saling memberikan peringatan terkait konflik Rusia dan Ukraina, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, disebut terlibat pembicaraan serius terkait konflik tersebut.

Dialog Putin dan Biden melalui sambungan telepon berlangsung selama 50 menit pada Kamis (20/12) malam waktu setempat.

Para pejabat di kedua belah pihak menggambarkan pembicaraan itu sebagai sesuatu yang “serius.” Namun, mereka tak memberikan rincian lebih lanjut soal resolusi atau garis besar kesepakatan yang terjalin.

Sekretaris Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan ada kemajuan dalam dialog kali ini.

“(Dialog) ini hanya bisa terwujud di situasi ketegangan yang menurun dari pada eskalasi (saat meningkat),” kata Psaki seperti dikutip CNN Indonesia dari Reuters, Jumat (31/12).

Sementara itu, ajudan Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan panggilan itu menciptakan latar belakang yang baik untuk dialog selanjutnya.

Pada 9-10 Januari Amerika Serikat-Rusia akan melakukan pertemuan keamanan. Kemudian pada 12 Januari dilanjut dengan pertemuan Rusia-NATO. Sehari setelahnya Amerika Serikat dan Eropa juga akan menggelar pertemuan.

Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat beberapa bulan belakangan ini dipicu konflik yang terjadi di Ukraina. Moskow mengerahkan ribuan pasukan di wilayah itu dan disebut-sebut akan melakukan invansi.

Biden pun terus mengulang ancaman sanksi kepada Rusia, jika mereka memilih menyerang Ukraina.

Menurut pejabat senior pemerintah, Biden menetapkan dua jalan, termasuk diplomasi dan pencegahan, serta biaya dan konsekuensi yang serius.

“Kedua pemimpin mengakui kemungkinan ada area di mana kami bisa membuat kemajuan yang berarti serta kesepakatan yang mungkin dan tidak mungkin dilakukan,” kata pejabat senior itu.

Ia kemudian melanjutkan, “Pembicaraan mendatang akan menentukan arah yang lebih tepat dari masing-masing kategori.”

Pejabat lain mengatakan, kemungkinan langkah yang diambil akan memutuskan hubungan Rusia dari sistem keuangan global, sembari tetap mempersenjatai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Menanggapi hal tersebut, Kremlin mengatakan sanksi apapun yang dijatuhkan sekarang atau nanti bisa menyebabkan kerusakan total dalam hubungan diplomatik mereka.

“Presiden kami juga menyebutkan, itu akan menjadi kesalahan yang dilihat keturunan kami sebagai kesalahan besar,” katanya.

Konflik di Ukraina kembali meningkat usai Rusia mengerahkan pasukan ke negara itu. Hal ini menambah kekhawatiran Barat yang sudah cemas soal perebutan Semenanjung Krimea Ukraina dan dukungan Moskow terhadap separatis di Kyiv.

Kyiv khawatir adanya pengerahan pasukan Rusia 60 ribu hingga 90 ribu pasukan yang sudah berkumpul di utara, timur dan selatan negara itu.

Di sisi lain, Amerika Serikat menemukan bukti bahwa Rusia akan menyerang Ukraina. Mereka pun segera mengancam Moskow dengan sanksi, jika penyerangan itu betul-betul terjadi.

Namun, Rusia berulang kali membantah tudingan itu. Mereka mengaku punya hak memindahkan pasukan di wilayahnya sendiri. Meski demikian rasa khawatir tetap menghinggapi mereka lantaran Ukraina akan dipersenjatai Barat.

Moskow menginginkan jaminan hukum yang menyatakan pasukan anggota NATO tak bergerak lebih jauh ke arah timur, dan tak ada pengerahan senjata ofensif ke Ukraina.

Biden tampaknya setuju Putih perlu jaminan dari Barat. Presiden AS itu juga mengatakan Washington tak berniat mendistribusikan senjata ofensif ke Ukraina. Juru Bicara Gedung Putih tak menanggapi komentar soal pernyataan jaminan Kremlin.